bakabar.com, JAKARTA - Pemerintah akan terus memacu peningkatan ekspor di tengah perlambatan ekonomi global, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan Indonesia yang tetap solid dan meningkat.
"Dorongan ekspor terutama dilakukan ke ASEAN, Tiongkok, dan India dimana permintaan masih tumbuh cukup tinggi seiring dengan Purchasing Manufactur Index (PMI) Manufaktur yang masih terus berekspansi," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (18/4).
Dalam laporannya di bulan April 2023, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan perekonomian global melambat dari 3,4 persen pada tahun 2022 menjadi 2,8 persen pada tahun 2023, turun 0,1 poin persentase dibanding proyeksi Januari.
Febrio menyebutkan pada Maret 2023, ekspor Indonesia mencapai 23,50 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 9,89 persen dibanding bulan sebelumnya. Secara tahunan, ekspor melambat dikarenakan ekspor Maret 2022 yang sangat tinggi (high based effect).
Baca Juga: Berkah Lebaran, Kadin: Perputaran Ekonomi Daerah Capai Rp92,3 Triliun
Pelemahan kinerja ekonomi global yang diikuti dengan moderasi harga komoditas juga menjadi faktor turunnya ekspor Indonesia. Secara tahunan, harga komoditas unggulan seperti batu bara dan minyak kelapa sawit turun sebesar 40,38 persen dan 45,3 persen.
Kinerja ekspor Maret 2023 ini masih ditopang oleh bahan bakar mineral, logam mulia dan bijih logam, terak, serta abu. Adapun Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor dominan.
“Ekspor di bulan Maret masih tumbuh positif dibanding Februari di segala sektor. Hasilnya, ekspor kumulatif dari bulan Januari hingga Maret 2023 mencapai 67,20 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 1,60 persen secara tahunan," tuturnya.
Sementara itu, lanjut dia, impor di bulan yang sama mencapai 20,59 miliar dolar AS atau tumbuh 29,33 persen dari bulan sebelumnya, meski melambat dibanding periode yang sama tahun lalu yakni hanya tumbuh 6,26 persen. Kinerja impor bulan lalu disumbang oleh komoditas mesin elektrik, besi dan baja, serta mesin mekanis.
Baca Juga: Hubungan Ekonomi RI-Jerman dan RI-UE, Jokowi Tekankan Soal Kesetaraan
Impor terbesar didominasi dari negara Tiongkok, Jepang, dan Thailand. Secara kumulatif bulan Januari sampai dengan Maret 2023, impor mencapai 54,95 miliar dolar AS atau terkontraksi 3,28 persen secara tahunan.
Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, neraca perdagangan bulan Maret 2023 tercatat surplus sebesar 2,91 miliar dolar AS (kumulatif triwulan I-2023 mencapai 12,27 miliar dolar AS) atau surplus selama 35 bulan berturut-turut. Negara penyumbang surplus terbesar yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.
Febrio menyebutkan kinerja ekspor pada kuartal I-2023 yang cukup baik menciptakan surplus neraca perdagangan lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya, yakni 9,3 miliar pada triwulan I-2022. Hal ini diperkirakan mendukung pertumbuhan neto ekspor pada kuartal pertama tahun ini.