bakabar.com, JEMBER - Sekitar 50 mahasiswa pecinta alam (Mapala) melakukan aksi damai di depan Pendopo Pemkab Jember, Selasa (2/5). Massa aksi berjalan membawa miniatur bumi yang diarak dari Dobel W Kampus Universitas Jember menuju pendopo.
Para mahasiswa pencinta alam menyuarakan penolakan eksploitasi lingkungan, dan semakin parahnya sampah di sungai Bedadung kawasan kota. Mahasiswa juga menyoroti pertambangan di wilayah hutan dan pesisir yang tersebar di 11 kecamatan.
Berdasarkan berkas rekomendasi LKPJ Bupati Jember Tahu 2022, tercatat 11 kecamatan di Jember yang di peruntukan sebagai pertambangan mineral logam. Meliputi kecamatan Silo, Tempurejo, Wuluhan, Ambulu, Puger, Gumukmas, Kencong, Mayang, Mumbulsari, Ledokombo, dan Jenggawah.
"Sehingga hal ini mengancam kelestarian alam khususnya wilayah hutan dan sepanjang pesisir pantai," ujar Koordinator Aksi Adam Aziz kepada bakabar.com, Selasa (2/5).
Baca Juga: Hari Kedua Masuk Kerja, Bupati Jember ke Kantor DPRD Hanya Ditemui Seorang Legislator
Tidak hanya itu, para mahasiswa juga menyoroti tingginya eksploitasi gumuk di Jember. Padahal, Jember merupakan satu dari 3 wilayah yang memiliki gumuk, selain Tasikmalaya dan Jepang.
Menurutnya, Jember lebih tepat disebut sebagai kota “seribu gumuk”. Gumuk
merupakan bukit kecil terisolasi yang ditumbuhi vegetasi lebih lebat dibanding wilayah di sekitarnya.
Berdasarkan RPJMD terdapat 1.670 gumuk yang telah terinventarisir di Kabupaten Jember. Lemahnya regulasi pemerintah terhadap pemeliharaan gumuk mengakibatkan eksploitasi gumuk semakin marak terjadi.
"Gumuk dapat menjadi penahan angin sehingga sangat bermanfaat mengingat wilayah Jember dikelilingi pegunungan dan pesisir pantai berpotensi tinggi bencana angin puting beliung," paparnya.
Baca Juga: Dua Desa di Jember Terendam Banjir
Lebih lanjut, terkait persoalan sampah para mahasiswa pencinta alam pernah melakukan susur sungai. Hasilnya, pada tahun 2019, masih ditemukan sekitar 20 timbunan sampah di kawasan kota, namun jumlah tersebut meningkat menjadi 100 lebih timbunan sampah di tahun 2021.
"Pencemaran Bedadung disebabkan beberapa limbah rumah tangga maupun industri di bantaran Sungai Bedadung itu sendiri," katanya.