bakabar.com, JAKARTA – Stres merupakan respons biologis terhadap tekanan eksternal atau internal. Jika pemicu stres parah dan terus-menerus, maka stres dapat dianggap toxic.
Stres toksik atau "toxic stress" adalah suatu bentuk stres yang berkepanjangan dan intensitasnya sangat tinggi, yang dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang.
Stres toksik biasanya terjadi ketika seseorang mengalami tekanan atau ketidakpastian yang berlebihan tanpa adanya dukungan yang memadai.
Ini dapat merujuk pada situasi di mana individu terus-menerus mengalami tekanan dan ketidakamanan, tanpa adanya peluang untuk pulih atau mendapatkan dukungan yang cukup.
Baca Juga: 5 Oktober HUT ke-78 TNI, Sejarah Panjang Sang Penjaga Keutuhan NKRI
Seseorang yang mengalami stres toksik mungkin tidak memiliki mekanisme koping yang efektif atau dukungan sosial yang cukup untuk mengatasi beban stres yang berlebihan.
Stres toksik dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk kesehatan fisik, mental, dan perkembangan sosial.
Kapan Stres Menjadi ‘Toksik’?
- Ketegangan otot
- Kelelahan
- Sakit perut
- Gangguan tidur
- Kegelisahan
- Kurang motivasi
- Sakit kronis
- Perasaan kewalahan
- Iritabilitas atau kemarahan
- Kecemasan, kesedihan, atau depresi
- Penyalahgunaan zat
- Penarikan sosial
Baca Juga: Tips Mengatasi Stres pada Anak
2. Melakukan pernapasan dalam atau meditasi pernapasan untuk fokus pada keadaan saat ini.
3. Refleksi melalui kegiatan seperti penulisan jurnal atau seni.
4. Mencari dukungan dari orang yang dicintai, teman, dan keluarga.
5. Membangun dan menjaga hubungan yang sehat.
6. Mengurangi beban stres dengan merancang organisasi tugas, membuat daftar tugas, dan meminta bantuan dari orang lain.