bakabar.com, TEMANGGUNG - Tekstur renyah dengan cita rasa gurih beradu di mulut saat mencicipi ceriping puyur, kuliner khas Temanggung berbahan dasar singkong.
Asal muasal kudapan ini sederhana. Rahayu, seorang warga Desa Ngaditirto, Kecamatan Selomampang, Kabupaten Temanggung ingin meningkatkan harga singkong yang melimpah di Temanggung. Jika dijual biasa saja, harga singkong sangat murah.
"Ketemulah ide membuat ceriping dengan bahan baku singkong tersebut," kata Rahayu, Rabu (1/8). Rahayu mulai merintis pembuatan ceriping puyur sejak 1996.
Awalnya, Rahayu hanya akan membuat ceriping yang biasa saja, akan tetapi ternyata olahan ceriping tersebut sedikit berbeda.
“Gandheng hasile niku kok kenyul-kenyul, miyur-miyur, bolong-bolong, terus kula kalih bapake niku ngarani dijenengi ceriping puyur wae. Ngoten (Karena hasilnya itu malahan empuk, lembek, berlubang, saya dan suami memberikan julukan Ceriping Puyur),” tutur Rahayu.
Baca Juga: Wedang Kacang Kebon, Hangatnya Kuliner Legendaris Khas Magelang
Usaha yang digeluti Rahayu tak sepenuhnya berjalan mulus. Beragam masalah mendera. Mulai dari susahnya mencari bahan baku hingga menurunnya permintaan pasar.
Namun, seiring berjalannya waktu semua terkendali. Rahayu dan suami berhasil menemukan cara yang lebih baik, sehingga produksi dan kualitas ceriping bisa stabil dan enak.
Bahkan, Rahayu yang semula mengerjakan semua produksi ceriping puyur sendiri, akhirnya bisa memberdayakan tetangga sekitarnya untuk bekerja membantu proses pembuatan.
"Sangat bersyukur. Ternyata justru malah bisa membuka lapangan kerja meskipun kecil, untuk para tetangga sehingga kembali menghidupkan roda perekonomian UMKM yang sempat terpuruk akibat pandemi," imbuhnya.
“Alhamdulillah kula saget ngajak ibu-ibu desa mriki seng waune naming 1-2 sakniki sampun 30 orang. (Alhamdulillah, saya dapat mengajak ibu-ibu di desa sini, yang semula 1-2 orang, sekarang sudah 30 orang),” kata Rahayu menambahkan.
Proses Pembuatan Butuh Kesabaran
Kepada bakabar.com, Rahayu juga membeberkan cara membuat ceriping puyur. Meski terlihat mudah, tapi ternyata proses pembuatan ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran.
Sebab, membuat ceriping puyur tidak bisa sehari langsung jadi. Setelah bahan baku bercampur dengan bumbu masih ada proses yang membutuhkan minimal tiga hari sebelum siap dipotong dan digoreng.
Baca Juga: Mengenal Kompia, Kuliner Solo ala Burger Jawa dari Tionghoa
Dikarenakan proses pemotongan masih menggunakan alat yang manual dan cukup susah, Rahayu membatasi produksi ceriping puyur tiap harinya tidak lebih dari 150 kg bahan baku.
Hal tersebut dimaksudkan agar produksi Ceriping Puyur selalu segar. “Karena kita menjaga kualitas, jadi sedikitpun kita tidak menggunakan bahan pengawet”, katanya menjelaskan.
Ceriping puyur produksi Rahayu juga dibanderol dengan harga sangat terjangkau, yakni mulai Rp10.000 saja per kemasannya.
Rahayu dan keluarga berharap agar produksi ceriping puyurnya semakin maju, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi warga.
"Bisa membantu pemasukan ibu-ibu rumah tangga, khususnya warga Desa Ngaditirto," pungkasnya.