bakabar.com, JAKARTA - Hujan buatan, salah satu teknologi yang berguna bagi lingkungan dan cuaca kering di dunia. Teknologi ini ditemukan oleh seorang ahli kimia, Vincent Schaefer.
Beberapa hari yang lalu, untuk mengurangi polusi dan kemarau panjang dan polusi udara, BMKG telah melakukan hujan buatan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Teknologi hujan buatan yang sekarang mendunia tersebut diciptakan oleh Vincent Joseph Schaefer, seorang ahli kimia dan meteorologi dari Amerika.
Schaefer lahir pada 4 Juli 1906 silam, di Schenectady, New York, dan menjadi orang pertama yang mencetuskan pengendalian cuaca dengan melakukan penyemaian awan (seeding cloud).
Vincent tak langsung menjadi terkenal dengan penemuannya. Dia pernah putus sekolah untuk menghidupi keluarganya dan mulai bekerja untuk General Electric pada usia 15 tahun, dan akhirnya berpindah dari bengkel mesin ke laboratorium penelitian.
Baca Juga: Marie Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia
Schaefer remaja dibimbing oleh ahli kimia di sana, membantu merancang penemuan di Perang Dunia II seperti filter masker gas, detektor kapal selam dan mesin asap untuk militer.
Keberhasilan dalam Penyemaian Awan
Dilansir Scientific American, hujan buatan pertama kali dilakukan oleh Schaefer pada 16 November 1946, saat Perang Dunia II, saat ia menaiki pesawat di atas Gunung Greylock, Massachusetts Barat, Amerika.
Ia berhasil melakukan penyemaian awan dengan mengubah jenis presipitasi yang turun dari awan, dengan melalui penyebaran zat ke udara yang berfungsi untuk menciptakan awan hujan, guna mencegah pesawat tidak membeku diudara.
Ia juga menunjukkan keberhasilannya dalam penyemaian tersebut dan menghasilkan salju hingga hujan buatan. Bersama Bernard Vonnegut, Schaefer kemudian mengembangkan silver iodide (senyawa perak berwarna kuning dan bertekstur padat) yang digunakan untuk menyemai awan.
Pada tahun 1959 Schaefer bergabung dengan University of New York, di Albany, dan pada 1960 turut mendirikan Atmospheric Sciences Research Center (ASRC) atau Pusat Penelitian Ilmu Atmosfer. Dan direkrut untuk sebuah penelitian pada 1966.
Baca Juga: Marie Curie, Sosok Perempuan Penuh Dedikasi yang Temukan Radioaktif
Pada 1970 dia fokus pada penelitian mengenai energi matahari, aerosol, gas, kualitas udara dan partikel polusi di atmosfer. Dia berhasil membuat karya yang terkenal mengenai Kualitas Udara dalam Skala Global pada 1978.
Pada 25 Juli 1993, Schaefer meninggal dunia pada usia ke 87. Hingga saat ini, karya yang dihasilkannya mengenai teknologi perkembangan cuaca masih digunakan dan terus dikembangkan, beralih dari satu generasi ke generasi lain untuk terus membuat hujan buatan.