bakabar.com, JAKARTA - Ter ater merupakan sebuah tradisi yang ada di Madura. Tradisi ini dilakukan dengan mengantarkan makanan atau jajanan khas ke tetangga serta kerabat ketika ada momen perayaan tertentu.
Seperti halnya yang disampaikan salah seorang warga asal Desa Duko, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Mohamad Arifin Hanifi kepada bakabar.com, Sabtu (29/4).
Arifin mengaku tradisi ter ater yang dilakukan secara turun temurun semenjak nenek moyang itu masih melekat di kalangan masyarakat Desanya hingga saat ini.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Tumplak Wajik, Prosesi Jelang Idul Fitri di Kraton Yogyakarta
"Alhamdulillah tradisi ter ater ini masih sangat melekat dan dilakukan hingga saat ini. Biasanya bukan hanya pada lebaran ketupat saja tetapi momen perayaan besar lain juga ada ter ater," ujarnya
Dia menambahkan tradisi ter ater yang dilakukan setelah 7 hari lebaran Idulfitri itu dinamai ter ater ketupat atau biasa disebut lebaran ketupat. Pada momen lebaran ketupat kali ini masyarakat mengantarkan olahan ketupat berupa soto khas Madura.
Selain itu ada olahan lain yang dibuat dengan kombinasi berbeda, mulai dari bakso ketupat, campur ketupat, hingga gado-gado. Selanjutnya ada juga tambahan makanan khas pendamping berupa kue cucur atau kocor dan sebagainya.
Baca Juga: Mengupas Pemaknaan Tradisi Malam Selikuran di Surakarta
Pria yang kerap aktif menjadi pegiat budaya ini menjelaskan, identitas keislaman yang kental dalam masyarakat Madura merujuk kepada akar tradisi ter ater tersebut.
Norma-norma agama Islam yang menganjurkan untuk bersedekah dan saling memberi, kemudian keramahtamahan, soliditas dan solidatiras antar sesama juga menjadi alasan dilakukannya tradisi ter ater tersebut.
"Jadi ini bukan hanya sekedar tradisi, tetapi di dalamnya juga mengandung konsep-konsep agama yaitu bersedekah. Kemudian ada konsep keberagaman sehingga bisa saling berdampingan, menguatkan dan saling mendukung antar satu sama lain," terangnya.
Baca Juga: Bukan Cuma Indonesia, 4 Negara Ini Punya Tradisi Mudik Jelang Lebaran
Sementara hal yang sama juga dirasakan M Hanif, warga Desa Billapora Reba, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep. Tradisi ter ater pada momen lebaran ketupat masih dilakukan di wilayahnya.
"Mulai dari pagi ada tetangga yang mengantarkan ketupat. Ada ketupat yang dicampur dengan sambal, ada juga yang sudah diolah menjadi soto, macam-macam mas," katanya
Hanif mengatakan biasanya tradisi ter-ater ketupat dilakukan seharian penuh. Waktu diantarnyapun berbeda, mulai dari pagi, siang, sore hingga malam hari.