bakabar.com, JAKARTA – Threads memang pemain baru, tapi sebelum Threads sudah ada media sosial pesaing Twitter.
Meta Platforms Inc, induk perusahaan Facebook, baru saja merilis palikasi baru bernama Threads. Aplikasi ini menjadi andalan baru dari CEO Meta Mark Zuckerberg. Media sosial ini memiliki tampilan gabungan antara Twitter dengan Instagram.
Aplikasi tersebut digadang-gadang sebagai pesaing kuat Twitter. Walaupun dianggap mirip Twitter, tetapi Threads masih berkaitan dengan Instagram, sesuai dengan slogan mereka yaitu “Threads, an Instagram App.”
Memiliki logo bernuansa hitam dan putih, tampilan aplikasi Threads terlihat seperti gabungan Instagram dan Twitter. Aplikasi tersebut juga memungkinkan pengguna untuk bisa saling berkomunikasi secara real time.
“Idenya adalah membangun ruang yang terbuka dan bersahabat bagi komunitas,” ucap Adam Mossersi, Head of Instagram dalam wawancara, dikutip dari New York Post, Kamis (6/7).
Tapi, Mark Zuckerberg bukan sosok pertama yang ikut andil dalam kompetisi aplikasi media sosial berjenis microblogging. Sejumlah perusahaan teknologi asal Amerika Serikat telah lebih dulu memamerkan aplikasi baru tandingannya.
Berikut daftar aplikasi media sosial microblogging selain Twitter dan Threads.
Baca Juga: Menelisik Keindahan Tanah Bumbu yang Ternodai Insiden Km 171
Spill
Alphonzo Phonz Terrell dan DeVaris Brown, dua mantan karyawan Twitter korban Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK oleh Elon Musk, memutuskan untuk membangun perusahaan baru dan menciptakan Spill.
Dilansir dari Spill-app.com, nama aplikasi itu diambil dari istilah “Spill the Tea” yang kerap digunakan warganet untuk membeberkan rahasia atau ingin sekadar mencurahkan isi hati secara jujur.
“Spill menyediakan wadah untuk obrolan nyata,” demikian tulis Spill dalam laman resminya.
Berbeda dengan aplikasi seperti Twitter dan Threads, Spill akan membayar para kreator untuk setiap konten yang viral melalui sistem pembayaran otomatis.
Hal itu yang kemudian menjadi daya tarik Spill untuk menggaet pengguna. Lebih-lebih. Sistem tersebut hampir sama seperti monetisasi Youtube. Spill bertekad menjadikan platformnya lebih inklusif dan positif.
Sayangnya aplikasi tersebut hingga saat ini masih dalam tahap pengembangan. pihak perusahaan belum mengumumkan kapan aplikasi tersebut akan dirilis.
Baca Juga: Marak Insiden Bunuh Diri, Bagaimana Cara Menyelamatkan Mereka?
Bluesky
Setelah menjual seluruh kepemilikan Twitter kepada Elon Musk senilai USD44 Miliar, Pendiri Twitter Jack Dorsey kembali menghadirkan aplikasi media sosial microblogging bernama Bluesky.
Sejumlah pihak mengklaim bahwa Bluesky lebih mirip dengan Twitter. Hal itu termasuk wajar mengingat Jack Dorsey sendiri yang menciptakan Twitter. Proyek pengembangan Bluesky telah dimulai sejak 2019.
Aealnya, proyek Bluesky masih berada di bawah naungan Twitter. Kemudian pada Februari 2022, proyek itu telah terpisah dari Twitter dan bertransformasi menjadi perusahaan sendiri bernama Bluesky PBLLC.
Berbeda dengan Twitter, Bluesky dikembangkan dengan konsep utama sebagai aplikasi media sosial yang terdesentralisasi. Bluesky dirancang dengan jaringan komunikasi atau protokol bernama AT Protocol (Authenticated Transfer Protocol).
Secara operasi, protokol tersebut sama seperti protokol ActivityPub dari Mastodon, aplikasi media sosial yang hampir mirip juga dengan Twitter. Dikutip dari laman resmi pengembang Bluesky, dengan AT Protocol, pengguna nantinya bisa memilih sendiri host atau server untuk terhubung dan pengguna bisa juga menjadi host atau server dari jaringan BlueSky.
Melalui desain protokol terdesentralisasi itu, menurut Dorsey dikutip dari TechCrunch, Bluesky dapat menyaingi platform media sosial tersentralisasi seperti Twitter dalam menyajikan pengalaman percakapan yang lebih terbuka.
Baca Juga: Meta Luncurkan Threads, Siap Saingi Twitter?
Mastodon
Serupa dengan Bluesky, Mastadon merupakan apilkasi media sosial microblogging mirip Twitter dan Threads yang dibuat dengan sistem terdesetralisasi melalui AT Protocol (Authenticated Transfer Protocol).
Dikembangkan oleh Eugo Rochko, Mastodon resmi merluncur pada 2016 lalu. Mastodon dikembangkan oleh Mastodon gGmbH, sebuah organisasi nirlaba asal Jerman yang dipimpin Rochko.
Secara tampilan, Mastodon selintas mirip dnegan Twitter. Bahkan, aplikasi itu memiliki fitur serupa seperti fitur reply (balas), retweet, bookmark, like, favorite, hashtag (tagar), serta follow (mengikuti) pengguna lain.
Halaman muka Mastodon juga memiliki tab "hashtag" (tagar) yang sering dipakai di platform serta tab "news" (berita) yang paling sering dibicarakan di platform.
Kemungkinan karena kemiripan dengan sejumlah kelebihan yang dimilikinya, Mastodon berhasil menarik perhatian pengguna yang kebanyakan merupakan pemakai Twitter.