Tragedi Km 171 Tanbu

Menelisik Keindahan Tanah Bumbu yang Ternodai Insiden Km 171

Pada Oktober 2022 terjadi longsor besar di Jalan Nasional Km 171 Tanah Bumbu. Sampai sekarang longsor menganga lebar.

Featured-Image
Keindahan alam di Pantai Pagatan. Foto: Tangkapan layar Youtube

bakabar.com, JAKARTA Pada Oktober 2022 terjadi insiden longsor besar di Jalan Nasional Km 171 Tanah Bumbu. Sampai sekarang longsor menganga lebar. 

Lokasi longsor berada pada Jalan nasional di Kilometer 171 Desa Satui Barat, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Kejadian itu menyebabkan arus lalu lintas utama daerah tersebut terhambat, bahkan mengganggu sebagian aktivitas warga sekitar. Hingga detik ini belum ada penanganan dari pihak mana pun untuk memperbaiki daerah yang menjadi jantung perekonomian masyarakat itu.

Tak ada pihak yang menyatakan bertanggungjawab atas kejadian tersebut, padahal sekitar 183 meter dari lokasi kejadian terdapat aktivitas tambang yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan. Namun pihak-pihak tersebut hingga saat memilih untuk bungkam mengenai penanganan insiden longsor pada jalan nasional di Kilometer 171 itu.

Akibat longsor tersebut banyak aktivitas yang terganggu. Aktivitas tambang, aktivitas masyarakat,  juga pemasukan kantong masyarakat dari sektor pariwisata di Kabupaten Tanah Bumbu menurun drastis. Padahal daerah tersebut memiliki sejumlah potensi besar di sektor pariwisata.

Kabupaten Tanah Bumbu memiliki sejumlah objek wisata alam yang bisa menarik sejumlah wisatawan domestik mapun mancanegara. Berikut sejumlah objek wisata yang terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Baca Juga: Legislator Kalsel Urus Km 171 ke ESDM: Jangan Pulang Tangan Kosong!

Pantai Pagatan

Keindahan alam di Pantai Pagatan. Foto: Tangkapan layar Youtube
Keindahan alam di Pantai Pagatan. Foto: Tangkapan layar Youtube

Terletak di Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, merupakan pantai dengan ombak yang tidak besar sehingga dapat menawarkan sejumlah wahana air yang aman untuk seluruh keluarga.

Selain itu, pantai tersebut juga dikenal sangat dekat dengan pemukiman nelayan, sehingga segala aktivitas penangkapan ikan bisa secara langsung disaksikan oleh wisatawan yang berkunjung.

Di sisi lain, mengingat bahwa pagatan adalah wilayah pantai, pemandangan sunset menjadi daya tarik bagi fotografer untuk mengabadikan momen semburat merah matahari yang akan tenggelam dengan air laut yang tenang.

Daya Tarik lain dari Pantai Pagatan adalah Festival Pesta Laut Mappanre Ritasi e yang cukup terkenal dilakukan oleh masyarakat sekitar. Kegiatan tahunan tersebut diselenggarakan pada bulan April, selama tiga minggu.

Dalam Mappanre Ritasi e terdapat parade kapal hias nelayan di Pantai Pagatan dan ada pesta rakyat dan budaya di daratan. Perhelatan tersebut dilakukan sebagai bentuk syukur atas bumi dan hasil laut yang melimpah.

Baca Juga: [FOTO] Wajah Buram Pantai Bunati Dikoyak Tambang Ilegal

Pantai Bunati

Kala Pantai Bunati dipadati wisatwan. Foto: Antara
Kala Pantai Bunati dipadati wisatwan. Foto: Antara

Dulu dikenal sebagai salah satu objek wisata yang terkenal di Kabupaten Tanah Bumbu, Pantai Bunati banyak dijadikan sebagai destinasi liburan untuk menikmati keindahan laut yang ditawarkannya.

Tidak cukup hanya sehari, sebagai pengunjung banyak yang mimilih untuk menginap pada sejumlah resor yang terletak di sekitar wilayah pantai.

Sensasi menyelam di bawah laut sambal menikmati habitat sejumlah fauna air yang hidup di dalamnya, menjadi tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke pantai bunati.

Kondisi Pantai Bunati yang rusak parah akibat aktivitas tambang Ilegal. FOTO/Dok.Warga
Kondisi Pantai Bunati yang rusak parah akibat aktivitas tambang Ilegal. FOTO/Dok.Warga

Tapi, kini pantai tersebut tidak lagi seindah sebelumnya. Pantai Bunati telah banyak dikoyak oleh sejumlah penambang Ilegal. Kurangnya pengawasan dari pemerintah menyebabkan tidak lagi seindah dulu.

Tak hanya kerusakan lingkungan, konflik sosial yang tersulut telah menewaskan seorang advokat sekaligus mantan perwira polisi bernama Jurkani.

Meski terdapat pernyataan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, namun ucapan tersebut hanya sekedar imbauan yang tidak berisikan solusi bagi kehidupan warga sekitar yang telah kehilangan roda ekonomi dari aktivitas pariwisata.

Baca Juga: Meta Luncurkan Threads, Siap Saingi Twitter?

Makam Pangeran Muhammad Nafis

Makam Pangeran Muhammad Nafis. Foto: Tribunnews
Makam Pangeran Muhammad Nafis. Foto: Tribunnews

Terletak di Desa Binturu, Kecamatan Kelua Makam Pangeran Muhammad Nafis menjadi salah satu situs cagar budaya yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah.

Dalam lokasi situs cagar budaya inilah terdapat makam ulama besar Syekh Muhammad Nafis Al Banjari yang hingga kini terus didatangi penziarah. Hampir setiap hari selau ramai, puncaknya kunjungan terjadi saat akhir pekan.

Pengunjung yang datang tidak hanya warga sekitar melainkan juga dari beberapa wilayah lain seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, bahkan hingga Jawa dan lainnya.

Kunjungan wisatawan juga ada yang berasal dari mancanegara di antaranya dari Malaysia, Singapura serta dari Timur Tengah.

Syekh Muhammad Nafis Al Banjari merupakan seorang tokoh sufi ulama Banjar yang tegas dalam melawan segala bentuk penindasan.

Di samping dikenal sebagai ulama ahli di bidang fikih, juga ahli dalam bidang tasawuf. Buah karyanya yang masyhur berisi tentang ajaran-ajaran tasawuf berjudul Ad-Durrun Nafis.

Syekh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein Al Banjari lahir di Martapura Kalimantan Selatan, sekitar tahun 1448 dari keluarga Kesultanan Banjar dan diperkirakan wafat sekitar tahun 1812 M

Idris ayahnya adalah anak dari Al-Husein bin Pangeran Kesuma Negara. Pangeran Kesumanegara adalah anak Pangeran Dipati bin Sultan Tahlilullah bin Sultan Saidullah. Sultan Saidullah adalah Sultan ke tujuh yang memerintah Sultan Banjar (1660M-1770M).

Editor
Komentar
Banner
Banner