Tantangan Rasio Kewirausahaan

Terpaksa Jadi Pebisnis: Penyebab Rendahnya Rasio Kewirausahaan di Indonesia

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti rasio kewirausahaan di Indonesia yang sangat rendah, hanya 3,47 persen. Jauh dari target

Featured-Image
Ilustrasi menjadi wirausaha. Foto: Unsplash

bakabar.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti rasio kewirausahaan di Indonesia yang sangat rendah yakni masih 3,47 persen. Jauh dari target dengan predikat negara maju yakni sebesar 12 persen

Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad mengungkapkan kondisi itu dilatarbelakangi oleh banyaknya warga Indonesia yang memilih untuk berbisnis karena tidak mendapatkan pekerjaan di sektor formal.

"Orang mau kerja di sektor formal yang punya tingkat penghasilan cukup dan mencukupi. Namun karena ketersediaan lapangan pekerjaan terbatas akhirnya orang terpaksa berwirausaha," kata dia kepada bakabar.com, (19/11).

Baca Juga: Rasio Kewirausahaan RI Jauh dari Target sebagai Negara Maju

Dengan kondisi seperti itu, kata Tauhid, akhirnya banyak orang yang berwirausaha tapi tidak punya pengalaman dan pembekalan yang cukup. Alhasil, bisnis yang sedang dirintis hanyalah pelarian karena tidak diterima keterima di sektor formal.

"By desain hanya tergantung krn terpaksa bukan karena tumbuh untuk mengembangkan bisnis," ungkap dia.

Dia mengeritik kondisi itu disebabkan oleh desain pembinaan dan pelatihan yang diberikan pemerintah dan perusahaan cenderung relatif kurang. Termasuk program wirausaha untuk pemagangan dari pemerintah yang juga masih terbatas sehingga menjadi wirausaha itu sangat berat.

Minimnya Kurikulum Kewirausahaan

Ditambah, pola pendidikan yang tidak terlihat serius untuk mencetak wirausahawan. Kata dia, hal itu dapat dilihat dari kurikulum atau pendidikan yang berjalan sekarang.

"Misalnya orang yang pekerjaannya wirausaha itu tidak ada jurusan nya. Ini yang kemudian memperlihatkan menjadi wirausaha itu tidak didukung oleh kurikulum," jelas dia.

Lanjut dia, di tingkat pendidikan, jurusan yang disediakan kebanyakan hanya mengantarkan pelajar untuk menjadi pekerja industri tapi tidak didesain untuk menjadi wirausaha.

"Termasuk misalnya di perguruan tinggi atau sekolah bisnis. Jarang yang memang terjun langsung praktek menjadi wirausaha kalaupun ada ya berbayar atau eksklusif," terangnya.

Baca Juga: Siasat Ritel Modern soal Konsumen Mulai Boikot Produk Pro Israel

Baca Juga: Rentan Penipuan, KCIC: Belilah Tiket Kereta Whoosh di Saluran Resmi

Melihat kondisi seperti ini sebenarnya dia sangat perihatin. Mengingat, sektor ekonomi Indonesia bakal sangat terbantu bila rasio kewirausahaan tinggi.

Sebab, orang yang menginisiasi menjadi wirausaha akan berpeluang menciptakaan bisnis baru. Misalnya, dengan membuka lapangan pekerjaan dan tentu saja ada nilai tambah ekonomi.

"Pada akhirnya kalau perusahaan berkembang bisa memberikan sumbangan berarti bagi penerimaan negara," ujar dia.

Baca Juga: Ratusan Petani Tembakau di Madura Tolak RPP Kesehatan

Baca Juga: Perputaran Uang di Borobudur Marathon 2023 Capai Rp4,7 Miliar

Tauhid mengkhawatirkan bila tidak ada langkah strategis dari pemerintah dan perusahaan, menurutnya cita-cita menjadi Indonesia maju 2024 sangatlah berat.

Bahkan, rasio kewirausahaan sebesar 4 persen pada 2024 dinilainya akan penuh tantangan. Terlebih, rata-rata kenaikan yang ia prediksi tidak akan sesignifikan tersebut.

"Rata-rata kenaikan kita paling hanya 0,3 0,2 persen poin ya jadi ya (mungkin) mendekati 4 persen bisa. Tapi kalau 4 persen lewat rasanya berat kita butuh ada usaha yang lebih kuatlah begitu ya," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner