Relax

Sulap Limbah Agrikultur Jadi Omzet Puluhan Juta, Bagaimana Bisa?

apahabar.com, JAKARTA – Desa Bojong Koneng, Sentul, Jawa Barat, merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak…

Featured-Image

Serangkaian Kegiatan di Rumah Jamur

Yenie mengatakan proses pembudidayaan jamur mikoponik tidaklah sulit. Budidaya dilakukan di rumah jamur, yaitu sebuah kumbung yang di dalamnya terdapat rak-rak tempat jamur, serta ruangan pembuatan baglog, sterilisasi, pendingin, inokulasi, dan inkubasi.

Jamur mikoponik bakal dierami terlebih dahulu. Pengeraman dilakukan dengan mencampur limbah agrikultur dan bahan-bahan tertentu, lalu didiamkan selama 24 jam dalam suhu ruangan.

Bagalog mesti disemprot setiap tiga hari sekali, lebih tepatnya pada waktu pagi dan sore hari. Penyemprotan yang dimaksud menggunakan sistem berkabut.

“Murni air biasa, tanpa campuran apa-apa. Air yang disemprotkan itu juga enggak banyak,” papar Yenie.

Baglog yang sudah berwarna putih, kemudian dibuka karet pengikatnya dengan cara digunting. Jamur yang bertekstur kokoh dan lentur, berwarna belum pudar, serta tudungnya belum keriting sudah siap untuk dipanen.

Panen dilakukan dengan mencabut atau menggunting jamur. Pastikan tak ada sisa jamur yang tertinggal di baglog, supaya tidak mengundang hama dan penyakit bagi jamur berikutnya.

Tak Mesti di Dataran Tinggi

Tim Pengabdian Masyarakat FMIPA UI membeberkan alasan lain Desa Bojong Koneng dipilih karena lokasinya berada di dataran tinggi. Sehingga, memiliki kelembapan tinggi dan suhu rendah.

Kendati begitu, Yenie menegaskan budidaya jamur mikoponik tak mesti dikembangkan di daerah dataran tinggi. Malahan, kawasan dataran rendah lebih bagus lantaran suhunya lebih panas.

Tertarik mengembangkan budidaya jamur mikoponik di daerah sekitar pemukiman Anda? (Nurisma)



Komentar
Banner
Banner