bakabar.com, JAKARTA - Harga telur ayam meroket hingga menembus Rp33.000 per kilogram. Sejumlah pedagang dan pembeli pun mengeluhkan kenaikan harga tersebut.
Ning (45) pedagang sembako di Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur, menggeluh omzetnya menurun lantaran harga telur terus melonjak. Biasanya ia rata-rata bisa menjual sedikitnya 50 kilogram per hari.
Namun, semenjak harga telur terus merangkak naik, penjualannya tak sampai 30 kilogram per hari. Ning pun beberapa kali mendapat komplain dari pelanggan lantaran harga telur naik.
Baca Juga: Mentan Pastikan Pasokan Telur Jelang Hari Raya Idul Fitri Tercukupi
"Ini sisa kemarin telurnya, orang-orang tambah sedikit yang beli telur, mahal soalnya 33 ribu per kilo, yang beli juga protes, kok naik?" keluh Ning saat berbincang dengan bakabar.com, Jakarta, Selasa (16/5/).
Ning pun mengaku, pembeli lebih memilih membeli telur ayam yang sudah pecah karena harganya murah.
"Ini kalau sore, telur yang pecah saya sortir, telur pecah malah laris, rebutan, satu butir seribu-an," ujarnya.
Baca Juga: Masyarakat Keluhkan Naiknya Harga Telur Ayam Hingga Rp5000/ Kilogram
Maya (36), salah satu ibu rumah tangga di Kayu Manis juga mengeluhkan kenaikan harga telur. Ia mengaku mengurangi belanja telur dan menggantinya dengan lauk lainnya seperti orek tempe, oseng-oseng hati, atau semur tahu tauge yang lebih murah.
"Telur harganya mahal sekarang, beli lauk lain aja, gizinya juga sama, orek tempe juga proteinnya banyak, hati ayam juga bagus," ujar Maya saat berbincang di dengan bakabar.com di selasar rumahnya, Selasa (16/5).
Hal sama juga dikeluhkan oleh pedagang Deni (38), pedagang telur gulung yang biasa mangkal di depan Sekolah Dasar Negeri Utan Kayu Selatan 17 yang bersebelahan dengan SMA Negeri 31 Jakarta, Jakarta Timur.
Baca Juga: Harga Telur Naik Hampir 5 Persen, Satgas Pangan Polri 'Turun' ke Pasar
Deni terpaksa mengurangi porsi adonan telur tiap satu tusuk agar tidak merugi. Biasanya satu tusuk, ia memasukkan tiga sendok adonan telur dijual dengan harga seribu rupiah per tusuk.
Karena harga telur naik, terpaksa ia mengurangi porsinya dengan dengan dua sendok adonan. Ia pun tak mau menaikkan harga, karena dipastikan pembeli yang rata-rata siswa-siswa SD dan SMA urung membeli dagangannya.
"Kalau dinaikin nggak laku, mas, kita juga mengukur uang jajan anak-anak sekolah berapa sehari," ujarnya.