bakabar.com, JAKARTA – Suami Dewi ‘Dee’ Lestari, Reza Gunawan, meninggal dunia usai berjuang melawan penyakit perdarahan otak. Dirinya berpulang pada Selasa (6/9/2022) pukul 11.53 WIB.
“Innalillahi wa’innaillahi rojiun. Telah berpulang mas Reza Gunawan, Selasa, 6 Sept 2022 pukul 11:53 WIB,” demikian kabar duka yang disampaikan presenter Alvin Adam, melalui akun Instagram @alvinadam1.
Sebelum berpulang, Dee Lestari juga sempat mengabarkan bahwasanya sang suami tengah menjalani pengobatan stroke perdarahan. Karena penyakit yang diidapnya itu, Reza dirawat inap di rumah sakit selama lebih dari satu bulan.
“Satu bulan satu minggu lamanya. Reza telah dirawat di rumah sakit akibat stroke pendarahan dan kini akan melanjutkan pemulihannya di rumah,” tulis Dee Lestari melalui akun Instagram, Jumat (2/9/2022) lalu.
Stroke Hemoragik Jarang Terjadi, tapi Lebih Mematikan
Penyakit yang diidap Reza Gunawan, lebih tepatnya disebut sebagai stroke hemoragik. Melansir Stroke Association, stroke hemoragik merupakan kondisi di mana seseorang mengalami perdarahan di dalam atau sekitar otak.
Kondisi ini menyebabkan aliran darah di bagian otak berkurang, bahkan pasokan oksigen boleh dibilang menjadi tak cukup. Tanpa pasokan oksigen yang dibawa darah, sel otak berisiko cepat mati sehingga fungsi organ vital itu pun terganggu.
Stroke hemoragik merupakan jenis penyakit yang lebih jarang terjadi ketimbang stroke iskemik, di mana aliran darah pada otak hanya tersumbat, bukan pecah. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Dokter Spesialis Saraf, Ismail Setyopranoto.
“Stroke merupakan kondisi yang hanya mengenai vaskular atau pembuluh darah. Stroke itu 80-85% disebabkan karena non-pendarahan, bukan karena pecahnya pembuluh darah. Dan sekitar antara 15-20% disebabkan oleh perdarahan atau sumbatan," ujarnya, dikutip dari laman UGM, Rabu (7/9).
Meski persentasenya rendah, stroke hemoragik lebih berbahaya dan berpotensi lebih tinggi menyebabkan kematian. Data menunjukkan, sebanyak 15 juta orang mengidap penyakit ini setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar lima juta orang mengalami cacat permanen, sedangkan lima juta lainnya meninggal dunia.