"Sudah dua hari nunggu. Waktu masuk giliran kedua mau ngisi, eh malah habis lagi. Belum tau datangnya jam berapa," keluh Junia salah seorang sopir angkutan.
Selasa siang (23/6) stok solar di SPBU tersebut masih kosong. Puluhan angkutan berat dari truk hingga trailer nampak mengular dari pinggir jalan hingga ke dalam SPBU.
"Ini juga sudah dua hari ngantre di sini. Belum dapat-dapat. Nggak tau hari ini bakal ngisi atau nggak," kata supir lainnya, Agus.
Fenomena sulitnya mendapatkan solar sudah berlangsung lama. Terjadi sejak beberapa bulan terakhir.
"Sebelum Ramadan tadi sudah begini. Memang susah," terangnya.
Padahal, para sopir sangat memerlukan bahan bakar. Terlebih yang mereka bawa merupakan barang - barang logistik untuk keperluan masyarakat.
Lantas apa penyebab sulitnya mendapatkan solar ini? Arif rekan Agus bilang bahwa tak normalnya pengiriman BBM ke SPBU menjadi salah satu faktor utama.
Kondisi itu diperparah dengan adanya oknum pembelian lain. Mereka menyebutnya "pelangsiran". Para sopir kadang harus berebut dengan para oknum tersebut untuk mendapatkan solar.
Keluhan sulitnya mendapatkan solar ini sebenarnya sudah sering disampaikan ke bos mereka. Namun tak membuahkan hasil.
"Pernah juga ke DPRD. Tapi nggak ada hasil apa-apa. Oke lah aku ada pelangsiran, yang penting imbang, nggak papa. Pelangsir dapat kita juga nggak jadi masalah. Yang bikin jengkel kadang main serobot antrean," bebernya.
Arif bilang mereka tak ada pilihan lain kecuali ngantre. Pasalnya, mencari di SPBU lain juga agak sulit. "Kalau di SPBU lain angkutan seperti kami ini enggak diterima," timpal Agus.
Penderitaan pun kian bertambah manakala para sopir harus membayar uang keamanan ketika angkutan mereka harus diinapkan.
"Belum lagi kalau malam, harus bayar parkir Rp15 ribu. Bahannya uang keamanan," terangnya.