Mencari Polisi Baik

Skor '9' dari Castro untuk Polri di HUT Bhayangkara 77

PENELITI pusat studi antikorupsi Universitas Mulawarman, Herdiansyah merasa sulit untuk mencari polisi baik saat ini. Serentetan skandal

Featured-Image
Peristiwa pembunuhan berencana Ferdy Sambo terhadap ajudannya sendiri menutup hasil penyelidikan kasus tambang ilegal terhadap Ismail Bolong.

bakabar.com, JAKARTA - Peneliti pusat studi antikorupsi Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah merasa sulit untuk mencari polisi baik saat ini. Serentetan skandal di tubuh internal mencoreng citra Polri di usianya yang kini menginjak 77 tahun. Sebut saja peristiwa Duren Tiga, penangkapan Teddy Minahasa dan Tragedi Kanjuruhan.

"Sekarang ini lebih mudah menemukan 'polisi tidur'," ujar Castro, sapaan karib Herdiansyah kepada bakabar.com.

Sedari awal, Castro terkenal kritis terhadap Polri. Sejumlah kasus ia pelototi. Terutama kasus mafia tambang Ismail Bolong yang melibatkan para petinggi Polri.  

Biar tahu sekalian, nama Bolong jadi bahasan hangat. Video pengakuannya mencuat pada akhir Desember 2022 silam.

Baca Juga: [EDITORIAL] Mencari Polisi yang Baik

Baca Juga: Kalah Senior, Kapolri Berani Usut Herry Rudolf Nahak?

Eks Polresta Samarinda itu mengaku telah menyetor total Rp6 miliar ke sejumlah petinggi Polri. Salah satunya Komisaris Jenderal Polisi Agus Andrianto yang menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal. 

Sempat diamankan, Bolong kabarnya kini kembali menghirup udara bebas. Mabes Polri dan Kejaksaan Agung masih saling lempar terkait berkas perkara Bolong. Berlarutnya proses hukum terhadap Bolong menambah merah rapor kepolisian.

Jumlah polisi saat ini mencapai tak kurang dari 400 ribu personel. Dari jumlah sebanyak itu, bukannya tak ada yang baik menurut Castro.

"Kalaupun ada polisi baik, umumnya 'kan disingkirkan," jelasnya.

Castro kemudian menyentil promosi Komjen Pol Agus Andrianto, semula Kabareskrim kini wakil kepala Polri atau wakapolri.

Baca Juga: Diterpa Isu LHKPN hingga Ismail Bolong, Komjen Agus Tetap Dilantik

"Lha yang rekam jejaknya buruk dan disebut-sebut dalam perkara kejahatan tambang ilegal aja, justru diberi promosi jabatan tuh. Kan aneh bin ajaib korps ini," jelasnya.

Itu belum termasuk perkara lain. Yang semakin membuat citra kepolisian makin memburuk di mata publik.

"Lebih parahnya lagi, kapolri dan presiden seolah menutup mata dan membiarkan kondisi tersebut terus mengambang," jelasnya.

Herdiansyah Hamzah
Herdiansyah Hamzah. Foto via Kaltim Today

Ya, tak cuma Agus. Skandal bisnis gelap tambang batu bara Ismail Bolong di Kalimantan Timur juga menyeret nama Irjen Pol Herry Nahak.

Alih-alih diproses, eks kapolda Kaltim tersebut malah dipromosikan sebagai kepala sekolah pada sekolah perwira menengah kepolisian -- kini menjabat Staf Ahli Sosial Ekonomi Kapolri.

Baca Juga: Keberadaan Ismail Bolong Jadi Misteri, Kapolri Tersandera?

Nahak disebut-sebut berperan sebagai pengepul uang hasil tambang ilegal sebelum sampai ke tangan Agus Andrianto.

Divisi Profesi dan Pengamanan Mabes Polri atau Propam di bawah komando Ferdy Sambo sempat menyelidik kasus setoran tambang ilegal ini. 

Namun, penyelidikan tersebut hilang seiring meletusnya peristiwa Duren Tiga di mana Sambo mendalangi pembunuhan terhadap ajudannya sendiri, Brigadir Joshua, 8 Juli 2022.

Ditemui di sela sidang pembunuhan Joshua, Sambo membenarkan ucapan Bolong tersebut. Jenderal pesakitan satu ini membantah tuduhan dirinya sengaja melepas Ismail Bolong.

Sambo menegaskan bahwa pihaknya sudah memeriksa Ismail Bolong. Bahkan, ia memastikan sudah membuat laporan terkait pengepul tambang itu.

Baca Juga: Komjak Pasang Badan Bela Jaksa Lambat Usut Kasus Ismail Bolong

"Gini, laporan resmi kan sudah saya sampaikan ke pimpinan secara resmi ya, sehingga artinya proses di Propam sudah selesai. Itu melibatkan perwira tinggi," tegas Sambo kepada wartawan, di Pengadilan Negeri Jaksel, Selasa (29/11).

Menurutnya, penanganan dan tindaklanjut kasus dugaan gratifikasi tambang ilegal Bolong merupakan wewenang dari pimpinan kepolisian.

"Nah selanjutnya, kalau misalkan akan ditindaklanjuti, silakan tanya ke pihak wewenang, karena instansi-instansi lain yang akan melakukan penyelidikan," imbuhnya.

Lantas apa kata Agus? Lewat keterangan tertulis, Agus Andrianto kemudian murka terhadap klaim Ismail Bolong tersebut.

"Saya mempertanggungjawabkan seluruh pekerjaan saya kepada Allah SWT, arahan Bapak Presiden kepada Kapolri dan tuntutan masyarakat yang sedemikian cerdas," ujar Agus.

Giliran Agus yang kemudian menyentil Sambo. "Saya ini penegak hukum, ada istilah bukti permulaan yang cukup dan bukti yang cukup, maklum 'lah kasus almarhum Brigadir Yoshua aja mereka tutup-tutupi," ujarnya.

Lebih jauh, Agus turut menyinggung hasil laporan pemeriksaan Propam di bawah komando Sambo terkait Bolong.

"Lihat saja BAP [berita acara pemeriksaan] awal seluruh tersangka pembunuhan alm Brigadir Yoshua, dan teranyar kasus yang menjerat IJP TM [Teddy Minahasa] yang belakangan mencabut BAP juga," papar Komjen Agus.

Baca Juga: Sengkarut Mafia Tambang Ismail Bolong, Presiden Jangan Diam!

Agus lalu menyampaikan nasihat dari gurunya yang selalu diingat sampai saat sekarang ini. "Orang baik itu orang yang belum dibukakan Allah SWT aibnya, doakan yang baik-baik saja mereka yang saat ini sedang mempertanggungjawabkan perbuatan mereka sendiri secara sadar," pungkas Komjen Agus.

Kembali ke Castro. Lantas apa yang harus dievaluasi oleh kepolisian setelah mencuatnya sekelumit permasalahan internal tersebut?

"Teori sapu kotor. Keseriusan membersihkan anggota-anggotanya dari keterlibatan berbagai kejahatan yang berdampak luas terhadap publik. Salah satunya tambang ilegal itu. Kalau sapunya kotor, ya jangan harap polisi bisa memberantas kejahatan-kejahatan itu," jelasnya.

Ditanya berapa skor kinerja kepolisian saat ini, Castro memberikan nilai 9 dari 10. "Ya 9, tapi 9 dari 100," ujarnya terkekeh. (*)

20 kasus kejahatan yang paling menonjol sepanjang periode 2021-2021 di lingkup internal kepolisian. Infografis: Rully
20 kasus kejahatan yang paling menonjol sepanjang periode 2021-2021 di lingkup internal kepolisian. Infografis: Rully
Editor
Komentar
Banner
Banner