apahabar, JAKARTA - Pemilik nama asli Siti Dyah Sujirah atau akrab dipanggil Sipon itu kini telah berpulang pada Kamis (5/1) akibat serangan jantung.
Setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Hermina Solo, istri aktivis Widji Thukul itu meninggalkan dua orang anak, Fajar Merah dan Fitri Nganthi Wani.
Mengenang Sipon dan perjuangannya mencari keberadaan suami tanpa henti mengingatkan kita akan utang negara tentang kejelasan nasib suaminya Widji Thukul yang menghilang hingga hari ini. Sabtu (7/1).
Widji Thukul dinyatakan menghilang secara resmi oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada 2000, setelah aksinya mengkritik pemerintahan orde baru dan keterlibatannya dengan gerakan buruh. Karena sering jadi sasaran intel, Widji harus rela berjarak dari istri dan kedua anaknya. Namun di awal tahun 2000-an kabar Widji berangsur-angsur menghilang.
Sipon, tepat dua puluh tujuh tahun mencari keberadaan suaminya. Ia dikenal gigih untuk mencari kebenaran tentang kondisi suami. Tak cukup diberi janji palsu oleh negara, Sipon juga harus bergelut dengan kerja-kerja pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
Ia harus membesarkan kedua anaknya sendiri. Pelbagai usaha ia jalani, mulai dari sablon hingga menjahit. Selama masa pelarian Widji, Sipon-lah yang juga mendukung Widji secara finansial, dari hasilnya menjahit baju.
Sipon bagai tiang penyangga ketika Widji sedang banyak dicari. Ia dan anak-anaknya sempat mendapat pelbagai teror. Rumahnya tak jarang disantroni intel.
Kisah hidupnya sempat terekam dalam film "Istirahatlah Kata-Kata", karya Yosep Anggi Noen. Kini yang tersisa dari kepergian Sipon adalah kegigihan, serta perjuangannya untuk merawat anak-anak di tengah teror negara.
Hingga akhir hayatnya, negara masih saja memberikan janji-janji untuk mengungkap kebenaran tentang keberadaan belahan jiwa Sipon; Widji Thukul.