bakabar.com, JAKARTA – Pemerintah meyakini sinyal pemulihan ekonomi semakin menguat.
Tepatnya pada triwulan II-2021 yang tercermin dari beberapa indikator perekonomian.
"Pemulihan kepercayaan masyarakat yang mendorong perbaikan permintaan domestik terus direspon positif oleh industri,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dilansir Antara, Rabu (03/06/2021).
Hal itu ditandai dengan meningkatkan aktivitas produksinya, tercermin dari PMI Manufaktur yang terus meningkat ke level 55,3 di Mei 2021, naik dari posisi 54,6 pada April 2021, dan mencatat rekor survei tertinggi baru selama tiga bulan berturut-turut.
Airlangga menyebutkan, data bulanan PMI dari IHS Markit menunjukkan bahwa PMI Indonesia jauh lebih tinggi.
Hal itu dibandingkan negara-negara lain yang diukur oleh IHS Markit.
Yakni berada di atas 50,0 atau di level ekspansi yang menunjukkan perbaikan atau peningkatan dari bulan sebelumnya.
Sementara Indonesia mencapai angka tertinggi yaitu 55,3, disusul Korea Selatan (53,7), kemudian Vietnam (53,1) dan Jepang (53,0).
PMI Manufaktur Indonesia pada posisi Mei 2021 merupakan yang tertinggi sejak survei pertama kali dilakukan pada April 2011.
"Peningkatan PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan bahwa sektor industri mulai bangkit,” tegas Airlangga.
Dan ini, kata dia, makin menambah optimisme serta keyakinan akan kenaikan pertumbuhan ekonomi di Triwulan II-2021.
Pemulihan ekonomi melalui penguatan permintaan juta terus berlanjut.
Tercermin dari perkembangan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang tercatat meningkat.
Yakni dari 0,13 persen (mtm) pada April 2021 menjadi 0,32 persen (mtm) pada Mei 2021.
Secara bulanan, inflasi Mei 2021 utamanya disumbang oleh komponen inti sebesar 0,16 persen.
Kemudian disusul komponen administered price (0,09 persen) serta volatile food (0,07 persen).
Secara tahunan, inflasi inti mengalami peningkatan signifikan.
Yakni dari 1,18 persen (yoy) pada April 2021 menjadi 1,37 persen (yoy) pada Mei 2021.
Hal ini sekaligus memutus tren penurunan yang terjadi sejak Maret 2020.
Di sisi lain, peningkatan impor barang modal sebesar 11,55 persen (yoy).
Disamping itu peningkatan impor bahan baku/penolong sebesar 33,24 persen (yoy) di April 2021 pun ikut berkontribusi terhadap peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia.
Lebih lanjut Airlangga menyampaikan peningkatan indikator ekonomi dari sisi inflasi.
Disamping itu aktivitas manufaktur juga memberi sinyalemen positif di pasar modal pada awal Juni.
Per 2 Juni 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 1,41 persen (dtd) ke level 6.031,58.
Sentimen positif ini juga membuat nilai tukar rupiah tetap bertahan di level Rp14.280/ dolar AS.
Kemudian, stimulus sektor otomotif yang diberikan sejak Maret 2021 juga berhasil mendongkrak penjualan mobil sebesar 227,5 persen (yoy) di April 2021.
Sejalan dengan itu, penjualan motor turut mengalami peningkatan sebesar 282 persen (yoy) di bulan yang sama.
Selain itu, sinyal penguatan daya beli masyarakat juga tercermin dari pertumbuhan signifikan pada peredaran uang kartal serta uang beredar M1 dan M2.
Menjelang lebaran, uang kartal meningkat pesat sebesar 15,32 persen (yoy).
Peningkatan itu terlihat jika dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 11,3 persen.
Sementara, uang beredar M1 meningkat 17,4 persen (yoy) pada April 2021.
Kenaikan itu terlihat jika dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 8,4 persen.
Disamping itu M2 meningkat 11,5 persen (yoy) pada April 2021 daripada periode sama tahun lalu sebesar 8,6 persen.
"Berbagai perkembangan positif ini akan mendukung perekonomian untuk tumbuh di atas 7 persen (yoy) pada Triwulan II-2021,” beber Airlangga.
Proyeksi ini, lanjut dia, juga telah mempertimbangkan faktor basis yang rendah pada Triwulan II-2020 lalu (low base effect), juga faktor membaiknya berbagai indikator ekonomi.