bakabar.com, JAKARTA - Kurs rupiah tehadap dolar AS perlahan menguat. Namun tak berpengaruh signifikan harga barang. Sisa pelemahan, tetap berasa.
Begitulah analisa Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira. Kata dia, pelemahan rupiah belakangan mengganggu harga barang di berbagai sektor.
Misalnya, harga kebutuhan pokok seperti beras. Naik seiring pelemahan rupiah. Apalagi stok dari negara produsen makin terbatas. Pada akhirnya menyebabkan biaya impornya juga terkerek.
Baca Juga: Jumat, Kurs Rupiah Beranjak Bangkit!
"(Biaya beras) itu pastinya akan diteruskan ke konsumen ritel," jelasnya kepada bakabar.com, Jumat (3/11).
Pengamatan Bhima, tak hanya kebutuhan pokok yang terkerek. Tapi juga harga barang elektronik bakal naik.
Kata dia, kalaupun ada yang masih harga standar, hanya untuk menghabiskan stok lama.
"Dampak dari pelemahan rupiah sudah mulai dirasakan ke berbagai barang di tingkat masyarakat," ucapnya.
Kondisi itu membuat Bhima khawatir. Lantaran melonjaknya biaya hidup tidak berbanding lurus dengan meningkatnya pendapatan. Ia yakini bisa menyebabkan tingkat konsumsi akan bergerak melambat.
"Kalau biaya kebutuhan hidup masyarakat makin berat karena rupiah melemah sementara pendapatan tidak naik signifikan untuk kompensasi, maka khawatir konsumsi akan melambat," tutupnya.
Baca Juga: Geopolitik Timur-Tengah Memanas, Kurs Rupiah Makin Terpuruk
Sebagai pengingat. Pagi ini, Jumat (3/11). Kurs rupiah beranjak bangkit. Bank Indonesia (BI) mencatat nilai jualnya menguat ke level Rp15.940,31 per dolar AS.
Beriringan dengan penguatan nilai jual itu, kurs belinya juga mengikuti. Dipatok Rp15.781,69.
Begitu juga di data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI. Ada pergerakan nilai. Kurs rupiah hari ini dipatok Rp15.861 dari semula Rp15.946.
