Hari Buruh Internasional 2023

Refleksi Hari Buruh, Muhadjir: Dilema Generasi Sandwich dan Kemiskinan

Perayaan Hari Buruh tahun ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengkhawatirkan nasib buruh.

Featured-Image
Tangkapan layar - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut mayoritas buruh Indonesia adalah generasi sandwich dalam Puncak Perayaan Hari Buruh Internasional, disiarkan kanal YouTube Kementerian Ketenagakerjaan, Senin (1/5/2023). Foto: apahabar.com/Jekson S

bakabar.com, JAKARTA - Pada perayaan Hari Buruh Internasional tahun ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengkhawatirkan nasib para buruh.

Menurut Muhadjir, mayoritas buruh di Indonesia adalah generasi sandwich karena harus menafkahi generasi di atas dan di bawahnya. Mereka tak hanya menghidupi diri sendiri, namun sebagaimana ciri generasi sandwich, juga harus menafkahi kakek, nenek, ayah, ibu, anak, suami, atau istri.

Meskipun tidak mendapatkan angka pasti terkait jumlahnya, beban yang dipikul oleh generasi sandwich dipastikan bertambah.

"Artinya apa? ketika dia bekerja dia harus menghidupi generasi atasnya, mulai dari kakek, nenek, ayah, ibu," ujarnya melalui kanal YouTube Kementerian Ketenagakerjaan dalam Puncak Perayaan Hari Buruh Internasional, Senin (1/5).

Baca Juga: Banyak Bus Disewakan untuk Bawa Pendemo Hari Buruh, Organda Buka Suara

Pada kondisi terburuk, misalnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), generasi sandwich mengalami konsekuensi yang sulit. Akibatnya, mereka yang harus dinafkahi ikut terdampak. Hal itu menjadi perhatian pemerintah.

"Ketika kena PHK, yang nanggung bukan hanya yang kena PHK saja. Mulai dari kakek, nenek, ayah, ibunya ikut jadi miskin. Anak istri jadi miskin. Itulah yang kita khawatirkan," terang Muhadjir.

Menyikapi itu, Muhadjir mengajak BPJS Ketenagakerjaan turun ke pabrik-pabrik yang karyawannya terancam mengalami PHK. Ia juga meminta Menaker Ida Fauziyah untuk mengeluarkan peraturan kompromi demi menghindari PHK yang kini banyak dialami oleh buruh industri tekstil, sepatu, hingga garmen.

"Saya sisir ke beberapa tempat untuk merayu para owner agar jangan PHK dulu. Saya sampai beritahu bu Menaker supaya ada peraturan baru bagaimana supaya ada kompromi-kompromi dalam kaitannya dengan salary," imbuhnya.

Baca Juga: Aksi Tolak UU Ciptaker Mewarnai Hari Buruh di Magelang

Menurut Muhadjir, jika PHK massal terjadi, tingkat kemiskinan dipastikan meningkat. Sementara itu, tercatat sedikitnya 6 juta penduduk dikategorikan miskin ekstrem di Indonesia. Dengan PHK massal, angka kemiskinan akan bertambah.

"Kita masih sekitar 6 juta penduduk kita miskin ekstrem. Dan inilah generasi sandwich, inilah yang harus kita waspadai, jangan sampai mengganggu proses upaya kita membangun pertumbuhan Indonesia," terangnya.

Pada kesempatan itu, Muhadjir juga menyinggung masalah ketersediaan lapangan kerja yang kini terbatas. Menurutnya, mencari tempat praktik bagi siswa SMK sama sulitnya.

"Di Indonesia pertumbuhan industri karena masih sangat terbatas, maka kita jangankan lapangan kerja, untuk mencarikan tempat praktik anak-anak SMK di dunia industri susahnya bukan main," terangnya.

Baca Juga: Peringati Hari Buruh, AJI: Nasib Pekerja Media Tidak Baik-Baik Saja!

Padahal, kata Muhadjir, setiap tahun Indonesia menghasilkan 3,6 juta angkatan kerja baru. Rinciannya, 1,3 juta berasal dari perguruan tinggi, sementara sisanya dari SMA, SMK, MA, dan SMP.

Lanjut Muhadjir, jika dikaitkan dengan bonus demografi yang sebentar lagi akan terjadi, hal itu perlu dipikirkan secara matang. Karena, bukan tidak mungkin, bonus demografi justru menjadi biang masalah baru. Pasalnya, bonus demografi artinya jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibanding penduduk usia tidak produktif.

Oleh sebab itu, jika bonus demografi tidak dimanfaatkan dan dikelaloa dengan baik, Indonesia akan terjebak dalam middle income trap, alias jebakan pendapatan kelas menengah. Kelompok ini rentan dengan kemiskinan.

"Penghasilan menengah itu bahasa jawanya penghasilan mertanggung. Memang tidak miskin tapi tidak kaya. Tapi lebih mudah jadi miskin daripada kaya, itulah middle income trap, itu yang paling kita khawatirkan dan dikhawatirkan semua negara yang mengalami bonus demografi," tandasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner