Mineral Kritis

Proposal Limited FTA, Arsjad: Beri Sinyal Positif ke Manufaktur EV

Kadin Indonesia menekankan inisiatif pengajuan proposal Limited FTA kepada AS yang mencakup perdagangan bebas mineral kritis akan memberi sinyal positif.

Featured-Image
Ketua Umum Kadin Indonesia dan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN–BAC) Arsjad Rasjid. Foto: KADIN.

bakabar.com, JAKARTA - Ketua Umum Kadin Indonesia dan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN–BAC) Arsjad Rasjid menekankan bahwa inisiatif pengajuan proposal Limited Free Trade Agreement (FTA) kepada Amerika Serikat (AS) yang mencakup perdagangan bebas mineral kritis akan memberi sinyal positif bagi ekosistem industri manufaktur EV. Pengajuan proposal juga memberi sinyal positif pada sektor energi baru dan terbarukan.

"Proposal Limited FTA Indonesia kepada AS jadi langkah yang tepat agar mineral kritis dan industri manufaktur kendaraan listrik Indonesia tetap dapat bersaing di pasar global, khususnya di AS," ujar Arsjad di Jakarta, Selasa (18/4)

Arsjad menambahkan, "Mineral kritis seperti nikel, aluminium, kobalt, hingga tembaga penting dalam pembangunan ekosistem energi baru dan terbarukan di Indonesia dan dunia."

Langkah pengajuan proposal yang dilakukan pemerintah menjadi krusial dalam menjaga keberlanjutan investasi serta membuka peluang pasar rantai nilai pasok produk bijih nikel hingga turunannya di Amerika Serikat bagi Indonesia.

Baca Juga: Kadin Berang dengan Sikap AS Kucilkan Indonesia soal Subsidi Nikel

“Pemerintah telah berusaha untuk bernegosiasi terkait kesepakatan Limited FTA dengan AS dan kami di sektor bisnis siap untuk mengambil tindakan proaktif guna mensukseskan implementasi kesepakatan tersebut,” katanya.

Arsjad percaya kerja sama yang kuat antara pemerintah dan sektor bisnis, akan berdampak pada Indonesia yang akan meraih manfaat besar dari Limited FTA ini. Arsjad menambahkan, daya tawar Indonesia sangat tinggi dalam pengajuan Limited FTA.

Dengan daya tawar yang tinggi, lanjutnya, "Tidak adil jika AS masih mengucilkan Indonesia dalam kebijakannya." Bahkan Arsjad menyebut AS akan mengalami banyak kerugian jika tidak terjadi kesepakatan terkait Limited FTA dengan Indonesia.

“Indonesia memiliki potensi cadangan mineral kritis terbesar di dunia untuk komponen bahan baku baterai hingga kendaraan listrik di dunia, misalnya nikel yang mencapai sepertiga dari cadangan dunia dan bauksit mencapai 4 persen cadangan global atau 1,2 miliar ton," tuturnya.

Baca Juga: Berkah Lebaran, Kadin: Perputaran Ekonomi Daerah Capai Rp92,3 Triliun

Terkesan mengucilkan Indonesia

Mengenai kebijakan dari Amerika Serikat yang terkesan mengucilkan Indonesia dalam hal produk mineral kritis seperti nikel dan turunannya melalui UU Inflation Reduction Rate (IRA), dinilainya semata-mata terjadi karena belum adanya FTA dengan pihak Amerika Serikat. Selain itu, pihak AS memiliki kekhawatiran mengenai adanya dominasi China pada industri mineral kritis seperti nikel dan turunannya di Indonesia.

Oleh karenanya Arsjad berharap agar inisiatif pengajuan proposal Limited FTA Indonesia kepada AS segera mendapat respons positif dan dapat segera disepakati untuk mendorong kerjasama perdagangan yang saling menguntungkan antara Indonesia dan AS. Itu sekaligus untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri mineral kritis global.

“Kami adalah penyedia mineral kritis seperti nikel dan turunannya yang terbesar di dunia dan kami selalu berupaya memastikan memiliki portofolio perdagangan mineral ini dengan negara China maupun Non-China guna mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan,” pungkas Arsjad.

Editor
Komentar
Banner
Banner