bakabar.com, JAKARTA – "Permisi, paketâ¦" Begitu kiranya 'salam' yang dinanti-nantikan pemburu belanja online. Dengan berkendara sepeda motor, kurir menyambangi rumah ke rumah demi mengantarkan paket berisi barang pesanan.
Kehadiran kurir sudah tentu mempermudah kehidupan masyarakat digital. Begitu pun dengan keberlangsungan hidup bangsa Inca, yang ternyata sudah terbantu dengan eksistensi kurir di abad ke-14.
Profesi pengantar barang lintas zaman ini sebenarnya memiliki kesamaan, di mana keduanya identik sebagai pekerjaan lelaki dewasa yang membutuhkan kekuatan fisik. Bedanya, kurir di era Kekaisaran Inca tak menumpangi kendaraan apa pun, melainkan hanya berlari sampai ke tempat tujuan.
Chasqui, Kurir 'Pelari' Andalan Suku Inca
Kekaisaran terbesar di Amerika Selatan ini mengandalkan chasqui untuk menyampaikan pesan layaknya kurir. Kala itu, tak ada hewan tunggangan yang bisa bergerak cepat - cuma ada kaum pria dengan fisik dan stamina kuat.
Sebab itulah, mereka ditempa sedemikian rupa agar bisa berlari menempuh jarak jauh. Konon, seorang chasqui bisa berlari sejauh sembilan kilometer saat bertugas mengantarkan pesan, ataupun makanan mewah kepada kalangan bangsawan.
Kalau tempat tujuan terlampau jauh, tentu tak hanya seorang chasqui yang bertugas. Bangsa Inca menyiasatinya dengan membangun pos-pos peristirahatan, di mana setiap posnya dihuni sekitar enam orang chasqui.
Dengan begitu, bila seorang chasqui sudah merasa kelelahan dan tiba di suatu pos, dia bakal menyampaikan pesan yang dibawanya kepada chasqui lain. Kurir yang kelelahan itu pun akan menggunakan pos untuk beristirahat, sementara kurir lainnya bergantian menyampaikan pesan.
Quipu, Antisipasi Distorsi Daya Ingat
Kala itu, pesan hanya disampaikan secara lisan, mengingat suku Inca belum mengenal kertas dan media tulis lainnya. Inilah mengapa, pesan yang dibawa chasqui sangat rentan berubah makna bisa kurir tersebut tak memiliki daya ingat kuat.
Untuk mencegah terjadinya distorsi pesan, suku Inca menyiasatinya dengan menggunakan quipu. Ini merupakan benda semacam rangkaian tali, di mana maknanya bergantung pada jumlah dan posisi ikatan tali-tali tersebut.
Selain menggunakan quipu, chasqui juga bisa berkomunikasi dengan mengirim 'sinyal' dari asap api unggun. Jika di tengah perjalanan sang kurir menjumpai kondisi mendesak, seperti pemberontakan, mereka akan mengabarkan penguasa daerah setempat lewat asap api unggun.
Qhapag nan, Jalan Setapak Raksasa untuk sang Kurir
Peran chasqui sebagai pembawa pesan juga ditunjang dengan pembangunan jalan yang didesain sedemikian rupa. Pemerintah Inca membangun jalan setapak raksasa bernama qhapag nan, di mana menghubungkan kota-kota besar yang dimiliki peradaban tersebut.
Qhapag nan dibangun menggunakan bongkahan batu. Jalan tersebut dibuat di lokasi dengan tingkat kemiringan tinggi, sehingga bentuknya menyerupai tangga raksasa. Bila terbentang jurang dan sungai, dibangun pula jembatan berbahan kayu yang dipadu serat tanaman.
Jalan yang demikian tentu sudah dirancang sedemikian rupa agar mudah dilewati chasqui. Serta, llama yang merupakan unta khas Amerika Selatan, di mana berfungsi bak kedelai: membawa barang-barang.
Kurir Pesan Sudah Ada Sejak Zaman Yunani Kuno
Peran kurir pembawa pesan yang serupa, ternyata sudah ada sejak ratusan tahun sebelum Masehi. Tepatnya pada zaman Yunani Kuno, hiduplah seorang kurir terkenal bernama Pheidippides.
Sama seperti chasqui bangsa Inca, kurir andalan Yunani Kuno ini juga menyampaikan pesan ke tempat tujuan dengan berlari. Dia bahkan pernah berlari sejauh 26 mil untuk membawa berita mengenai kemenangan Yunani atas Persia pada 490 Sebelum Masehi.