bakabar.com, JAKARTA - Primitive Monkey Noose menutup acara Swag Event dengan teriakan puas dari para penonton. Band asal Banjarmasin ini sukses mencuri perhatian publik Jakarta.
Dalam rangkaian kegiatan Java Tour 2023, PMN turut menggebrak suasana Twin House menjadi pecah dengan musik punk rock yang mereka bawakan. Mereka mampu membuat penontonnya terpukau pada konser yang digelar di Twin House Blok M, Jakarta Selatan, pada Selasa (5/9).
Sebagai band penutup event mingguan ini, PMN membawakan enam lagu mereka dengan semangat yang membara dan menularkannya ke semua orang.
Membuka penampilan dengan Anthem of South Borneo, dan dilanjutkan Batulicin Youth Crew, mereka berhasil memukau penonton pada penampilannya.
Tak hanya itu, mereka juga membawakan Asal Hati Senang, Go Hard or Go Home, Kada Kawan Kawan Ae, dan ditutup Ayo Keluar. Meskipun baru pertama kali mendengar, penonton yang hadir terlihat terhibur dan puas dengan musik yang dibawakan band asal Batulicin tersebut.
Baca Juga: Primitive Monkey Noose, Pesan dari Kalimantan Selatan untuk Dunia
Satu Satunya Band Musik Rock dengan Panting
Wan Arif Fadli, menjadi pusat perhatian kala memperkenalkan 'panting' yang digenggamnya kepada penonton. Ia berhasil membuat penonton penasaran dengan alat musik tersebut.
"Panting ini asalnya dari kampung kita, Batulicin, Banjar," ujar Arif.
Panting sendiri memiliki arti dipetik, yang artinya suara yang dihasilkan dari alat musik ini dengan cara memetik senar, layaknya gitar atau alat musk petik lainnya.
Panting adalah alat musik tradisional asli Banjar, Kalimantan Selatan. Bentuknya mirip mandolin atau gambus, dan hanya memilii empat buah senar.
Pada awalnya, alat musik ini hanya dimainkan sebagai alat musik tradisional yang mengiringi resepsi perkawinan dan acara lainnya dengan alunan nada ringan seperti gambus. Namun band yang digawangi Richie CS ini menggunakannya sebagai pengiring dalam musik punk rock.
"Sasumbarnya kami, tidak ada satupun musisi di dunia mengkolaborasikan panting dengan musik punk rock," kata Richie Petroza, sang vokalis Primitive Monkey Noose pada para penonton.
Baca Juga: Primitive Monkey Noose: Kalsel Bukan Soal Tambang dan Hutan
Walau bergenre musik keras, Richie dan kawan-kawan mampu menghibur banyak pengunjung yang hadir disana. Beberapa dari mereka menggoyangkan kepala serta menggerakan kaki seiring dengan musik yang dimainkan.
Hal ini menjadi harapan untuk Richie, bahwa sudah selayaknya Kalimantan Selatan mendapatkan spotlightnya, karena banyak talenta musik dari sana yang belum teridentifikasi.
Primitive Monkey Noose dmasih memiliki jadwal Java Tour 2023, saat ini tim mereka akan melenggang ke Bandung untuk mengguncang Extreme Moshpit pada 6 September 2023.