bakabar.com, JAKARTA - Tren perilaku konsumsi belanja di e-commerce terus mengalami pergeseran. Perubahan pola tersebut terjadi dalam setahun terakhir belakangan.
Chief Operating Officer SIRCLO, Danang Cahyono menerangkan perlunya mengedepankan pengalaman belanja yang seamless dan terintegrasi melalui strategi omnichannel.
"Sehingga kenyamanan konsumen saat berinteraksi dalam setiap sales touchpoint dapat terjamin," katanya dalam diskusi virtual bertajuk Navigating e-Commerce in 2024 Throught Consumer and Market Insight, dikutip Rabu (20/12).
Baca Juga: TikTok Shop Comeback, Potensi Jadi Raksasa e-Commerce
Dalam kondisi tersebut, pihaknya tengah membangun strategi yang dinilai sejalan dengan dinamika sektor e-commerce. Di antaranya dengan tidak membatasi pada satu kanal penjualan saja. Pelaku bisnis dapat melakukan ekspansi ke berbagai kanal penjualan seperti membangun website resmi untuk memperluas target pasar.
"Selain itu, optimalisasi Just-in-Time (JIT) Multi Origin e-commerce juga diperlukan untuk membantu manajemen inventaris dan logistik dari berbagai titik lokasi, memastikan ketersediaan produk yang efisien dan responsif terhadap permintaan pasar yang kerap berubah-ubah," bebernya.
Tak hanya itu, kemudian perlu memanfaatkan analisis data untuk memahami perilaku konsumen sebagai kunci memahami tren pasar.
Baca Juga: Kolaborasi Tiktok Shop-Goto, Menkominfo: Awas Barang Impor!
Dengan begitu akan memungkinkan brand untuk menyempurnakan strategi secara tepat dan berkala. Analisis yang perlu dilakukan di antaranya mengenai data transaksi, mengidentifikasi preferensi pelanggan secara lebih detail, peluang pasar, dan strategi pemasaran.
"Menurut survei Mckinsey, perusahaan yang intensif berorientasi pada data memiliki kemungkinan 23x lebih besar untuk mendapatkan pelanggan baru dan 9x lebih unggul dalam menarik loyalitas pelanggan," terangnya.
Selanjutnya, kata Danang, perlunya menjalin kerja sama dengan mitra strategis di sektor e-commerce guna kelancaran dari hulu ke hilir.
Dengan keahlian dan pengalaman luas dalam mengelola platform e-commerce, pelaku bisnis dapat mempercayakan proses dari hulu ke hilir, mulai dari pembuatan teknologi berjualan secara digital, pergudangan, operasi di berbagai kanal penjualan online, layanan pelanggan, hingga analisis data untuk pengembangan strategi pemasaran selanjutnya.
Baca Juga: TikTok Shop 'Comeback', Tuai Perhatian Pedagang Pasar Tanah Abang
"Dengan pengalaman kami dalam e-commerce Indonesia selama 10 tahun terakhir, kami berkomitmen untuk menyediakan layanan yang komprehensif bagi pelaku bisnis dalam memperkuat posisi mereka di pasar e-commerce," jelasnya.
Board Expert, Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Yongky Susilo menerangkan proyeksi pertumbuhan transaksi di sektor e-commerce terus mengalami pertumbuhan.
Karena itu, dibutuhkan pula strategi yang efektif dan efisien untuk menjawab kebutuhan saat ini dan masa depan.
Sebab, setelah pandemi Covid-19 lanskap pelaku bisnis di e-commerce semakin beragam dan dinamis. Kondisi tersebut juga didukung dengan pola konsumen yang masih mengandalkan insentif potongan harga.
"Salah satu jawaban dari tangan tersebut adalah menciptakan seamless shopping experience dengan mengaburkan antara kanal penjualan online dan offline untuk menggaet pelanggan baru dan loyal," ujarnya.
Baca Juga: TikTok Shop Merger Tokopedia, Bakal Mendominasi e-Commerce?
Sementara itu, Senior Business Development Statista mencatat sebanyak 75 persen konsumen Indonesia masih percaya dengan ulasan pelanggan. Penilaian tersebut menurutnya memberikan pengaruh keputusan pembelian para konsumen.
"Ini menandakan bahwa konsumen dalam era digital semakin mengandalkan feedback dan testimoni dari pengguna lain sebagai bagian penting dari proses pengambilan keputusan mereka. Ulasan ini tidak hanya membantu mereka memahami kualitas produk, tetapi juga meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas brands," pungkasnya.