Saham Adaro

Pemegang Saham Adaro Membludak, Pengamat: Kinerja Positif dan Permintaan Batu Bara

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyampaikan laporan registrasi pemegang saham per 31 Mei 2023 yang diunggah pada keterbukaan informasi di website BEI.

Featured-Image
FOTO: Ilustrasi. Foto-net

bakabar.com, JAKARTA -  PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyampaikan laporan registrasi pemegang saham per 31 Mei 2023 yang diunggah pada keterbukaan informasi di website Bursa Efek Indonesia (BEI) baru-baru ini.

Rinciannya, pemegang saham Adaro terdiri dari PT Adaro Strategic Investments 43,91% selaku pengendali, Garibaldi ‘Boy’ Thohir 6,18%, masyarakat 46,48%, dan saham treasuri 3,43%.

Per akhir Mei, jumlah pemegang saham Adaro meningkat 15.819 menjadi 100.373 pemegang saham. Pada bulan sebelumnya hanya tercatat 84.554 pemegang saham.

Dari total pemegang saham tersebut, rinciannnya;pemodal nasional terdiri dari 98.951 yang berstatus perorangan alias ritel, 471 perseroan terbatas, 51 dana pensiun, 15 yayasan, dan 9 koperasi. Sedangkan pemodal asing, yakni 124 perorangan dan 704 perseroan terbatas.

Baca Juga: Ditagih Perbaiki Km 171 Tanah Bumbu: Adaro Indonesia Pikir-Pikir

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji Gusta, menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah investor yang membeli saham Adaro . Di antaranya kenaikan kinerja secara fundamental  Adaro. Selan itu, Adaro dinilai konsisten dan konsekuen dalam menerapkan Good Corporate Government (GCG).

"Di sisi lain, investor mencermati terkait aksi korporasi yang rajin membagi deviden, dan itu patut diapresiasi," ujar Nafan saat dihubungi bakabar.com, Senin (10/7).

Menurut Nafan, secara technical, saham Adaro pada bulan Juni dalam posisi kondisi jual. Hal itu dimanfaatkan oleh investor untuk membeli saham Adaro yang dinilai prospektif. 

Baca Juga: Km 171 Tanbu Ruwet! Ini Daftar Perusahaan yang Ditagih Tanggung Jawab: Ada Adaro

Lanjut Nafan, saham Adaro dinilai berpeluang menarik, salah satunya karena sentimen harga batu bara yang mengalami rebound sehubungan dengan meningkatnya permintaan komoditas tersebut.

Permintaan batu bara naik, salah satunya akibat kebijakan OPEC+. Negara-negara OPEC khususnya Rusia dan Arab Saudi memangkas produksi lebih dari 1,2 juta barel minyak mentah per hari, atau lebih dari 1 persen pasokan dunia, dalam upaya nyata untuk menaikkan harga. 

"Hal itu tentunya berimbas terhadap kenaikan permintaan batu bara," jelasnya. Permintaan batu bara terus meningkat seiring kebijakan beberapa negara besar yang mengaktifkan kembali PLTU berbahan batu bara.

Baca Juga: Pertamina hingga Adaro Serentak Buka Lowongan, Buruan Daftar!

"Demand yang kuat dari tiongkok, termasuk di negara Eropa yang mengaktifkan energi listrik batu bara sehubungan gangguan cuaca yang dihadapi, seperti di Inggris dimana harga gas yang premium sehingga sebagian beralih ke batu bara" ujarnya.

Nafan memprediksi, semester dua tahun ini, tren permintaan batu bara akan terus naik secara global. Meskipun tidak mengalami comodity boom prices, seperti tahun-tahun sebelumnya, kenaikan harga akan membuat komoditas tersebut semakin digemari.

 "Jadi tentunya meningkat positif di emiten-emiten sektor energi," tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner