Panen Raya Padi

Panen Inpari 32 HDB di Tuban, Khofifah: Ini Varietas Unggul

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyaksikan panen raya padi bersama kelompok tani Tawang Raya di Desa Ngadirejo, Kec. Widang Kab. Tuban.

Featured-Image
Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky melakukan panen raya padi bersama kelompok tani Tawang Raya di Desa Ngadirejo, Kec. Widang Kab. Tuban, Rabu (8/3).

bakabar.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyaksikan panen raya padi bersama kelompok tani Tawang Raya di Desa Ngadirejo, Kec. Widang Kab. Tuban, Rabu (8/3).

Menurut Gubernur Khofifah, produksi panen padi mencapai 9 ton per hektar dari luasan lahan 140 hektar. Hasil panen padi berasal dari varietas unggul inpari (Inbrida Padi Sawah Irigasi) 32 HDB.

Padi jenis ini memiliki sejumlah keunggulan. Pertama, hasil panen lebih tinggi bila dibanding varietas lain dengan hasil rata-rata 7,6 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil 8,43 ton/ha GKG.

Kedua, varietas inpari 32 HDB terkenal tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) atau penyakit kresek pada padi. Ini yang membuatnya dinamai Inpari 32 HDB.

Baca Juga: Musim Panen Raya, Harga Padi di Jember Anjlok

“Kita baru saja panen raya padi varietas inpari 32 HDB. Jumlahnya cukup besar yaitu 7,6 ton dari 140 hektar lahan tanam,” kata  Khofifah.

Menurut Khofifah, sejak tahun 2020 hingga 2022, produksi padi dan beras Jawa Timur merupakan tertinggi secara nasional. Tahun ini, berdasarkan prediksi BPS pada Maret-April, Jatim akan mengalami surplus beras sebanyak 1,13 juta ton.

Beras Jatim diandalkan bukan hanya untuk warga Jatim semata, namun untuk memenuhi kebutuhan 16 provinsi lain di Indonesia bagian timur. Oleh karena itu, demi menjaga dan meningkatkan produktivitas padi, Khofifah menekankan penggunaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) modern.

Salah satu yang mulai diupayakan adalah pemanfaatan mesin Combine Harvester. Combine Harvester bisa dioptimalkan untuk mengurangi kehilangan (losses) 10 - 11 persen. Jika dihitung total produksi gabah se Jatim pada tahun lalu 9,8 juta ton, maka 10 persennya bisa diselamatkan.

Baca Juga: Mentan Pastikan Panen Raya Cukupi Kebutuhan Bulan Ramadhan

"Ketemu angka 0,98 juta ton. Di sini lah penggunaan Mesin Combine Harvester menjadi penting," urainya.

Selain alsintan, mantan menteri sosial itu berpesan soal pola tanam yang modern. Mulai dari proses monitoring, introduksi hingga intervensi apa saja yang bisa dilakukan untuk membangun keseimbangan hasil panen yang maksimal.

Pun tak ketinggalan terkait permodalan. Khusus masalah ini, Gubernur Khofifah menawarkan petani untuk mengikuti Kukesra (Kredit Usaha Keluarga Sejahtera) melalui Bank UMKM Jatim. Kukesra diketahui berbunga rendah dan bisa diakses petani dengan maksimal pinjaman Rp 50 juta. 

“Bunga 3 persen setahun ini sudah di bawah KUR dan cukup ringan karena selisihnya ditanggung APBD Provinsi Jatim," jelasnya.

Baca Juga: Panen Raya Sudah Berlangsung di Semua Daerah, Mentan Lapor ke Presiden

Selanjutnya terkait pupuk. Khofifah menjelaskan dari 9 kategori pupuk tinggal 2 yang disubsidi. Sedangkan petani banyak membutuhkan SP36 karena berpengaruh pada rendemen padi.

“Keluhan dari petani ini sudah kami sampaikan kepada Presiden. Insyaallah nanti ketika Pak Presiden panen raya di Jatim dalam minggu ini akan saya sampaikan kembali,” katanya.

Pada kesempatan itu, Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky menjelaskan data Dinas Pertanian terkait potensi area persawahan yang luasnya 24.127 Ha. "Rata rata sekali panen 1 hektar bisa menghasilkan 7.6 ton, bahkan area yang dipanen hari ini mencapai 9 ton per hektar," ungkapnya.

Menurut bupati, area persawahan di Tuban bisa ditanam sebanyak tiga kali, dimana dua di antaranya tanaman padi dan satu kali tanam holtikultura. "Salah satunya Buah Melon, dimana kualitasnya juga sangat baik,"tandasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner