bakabar.com, BANJARMASIN - Petani di Desa Ampukung, Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong, Kalsel menghadapi keterbatasan untuk menanam padi di lahan rawa.
Tantangan itu membuat inovasi padi apung. Petani disana menjadi saksi program penanaman dan pelaksanaan panen padi apung.
Program ini merupakan hasil kolaborasi Bank Indonesia Provinsi Kalsel, Pemerintah Kabupaten Tabalong, dan Pemerintah Provinsi Kalsel.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalsel Aloysius Donanto mengatakan panen padi apung ini merupakan buah nyata dari keberhasilan program dukungan pengembangan padi apung di wilayah Kalsel pada tahun 2024.
Budidaya padi apung merupakan bagian dari program unggulan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalsel dalam mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
"Inovasi ini memanfaatkan media tanam terapung di atas lahan rawa, memungkinkan petani tetap menanam meski air tengah pasang," ujarnya.
Dilapangan, program pengembangan padi apung ini dilaksanakan oleh kelompok tani Al Fallah, dengan dukungan dari kelompok tani lain melalui skema berbagi praktik terbaik.
"Keberhasilan panen ini menjadi bukti bahwa program yang dirancang secara terukur dan tepat sasaran mampu menghasilkan capaian yang signifikan, bahkan pada lahan yang sebelumnya tidak dapat dimanfaatkan untuk budidaya," ucapnya.
Berdasarkan hasil sampling, produktivitas padi apung mencapai sekitar 6,5 ton per hektare, setara dengan hasil tanam konvensional.
"Lebih dari itu, panen ini menunjukkan peningkatan siklus tanam, di mana lahan yang sebelumnya hanya bisa ditanami satu kali dalam setahun, kini dapat dimanfaatkan hingga dua kali musim tanam dalam setahun," tekannya.
Dalam sambutannya, Bupati Tabalong M Noor Rifani menyampaikan apresiasi terhadap dukungan yang diberikan Bank Indonesia Kalsel.
Pada kesempatan yang sama, seremoni panen juga dirangkaikan dengan penyerahan bantuan simbolis dari Pemerintah Provinsi Kalsel kepada Pemkab Tabalong sebagai bentuk dukungan lanjutan terhadap sektor pertanian daerah.
"Keberhasilan padi apung ini membuka peluang baru, bukan hanya untuk Tabalong, tetapi juga bagi daerah-daerah lain dengan karakteristik serupa. Dengan replikasi dan pengembangan metode budidaya apung yang berkelanjutan, harapan pun tumbuh bukan hanya dari tanah, tapi juga dari permukaan air," pungkasnya.