Personality And Psycology

Pamer Kemesraan di Medsos, Apakah Benar Bahagia?

Jurnal ilmiah mengemukakan, pasangan yang menunjukkan kemesraan berlebihan menandakan adanya masalah dalam hubungan mereka, bahkan menandakan sedang insecure.

Featured-Image
Ilustrasi pamer kemesraan di media sosial. (Foto: dok. DetikHealth)

bakabar.com, JAKARTA - Apa yang terlintas di benak Anda ketika melihat sepasang kekasih mengumbar kemesraan di media sosial? Mungkinkah muncul anggapan mereka menjalani hubungan yang bahagia?

Padahal, berbagai penelitian menemukan situasi sebaliknya. Jurnal ilmiah PubMed Personality and Social Psychology Bulletin mengemukakan, pasangan yang menunjukkan kemesraan berlebihan menandakan adanya masalah dalam hubungan mereka.

Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa pasangan yang kerap mengumbar kemesraan justru sedang merasa insecure.

Dalam artian, mereka merasa sedang ada yang tidak beres dalam tali kasih yang dijalin.

Bentuk Mengais Validasi

Tindakan itu disebut dengan public display of affection (FDA). Ini sejatinya adalah cara untuk mencari validasi atau pengakuan dari orang lain.

Ketika merasa gelisah dengan hubungan cinta, seseorang cenderung membutuhkan pengakuan orang lain untuk merasa aman dan nyaman.

Hal senada juga disampaikan seksolog asal Australia, Nikki Goldstein. “Seringkali orang-orang yang paling banyak mengunggah (kemesraan), yang mencari validasi untuk hubungan mereka dari orang lain di media sosial,” demikian ujarnya.

Adapun peneliti dari Albright College menyebut ini sebagai Relationship Contingent Self-Esteem (RCSE). Orang-orang yang mengalami kondisi ini menggunakan media sosial untuk membual tentang hubungan mereka, membuat orang lain cemburu, bahkan memata-matai pasangannya.

“Mereka yang RCSE merasa perlu menunjukkan kepada orang lain, pasangan, dan mungkin diri sendiri bahwa hubungannya baik," ungkap sang asisten profesor psikologi di New York, Albright Gwendolyn Seidman.

Merasa Bangga dengan Hubungan yang Dijalin

Di sisi lain, Seidman melalui penelitiannya juga mengemukakan, pasangan yang sering mengunggah kemesraan cenderung lebih merasa puas dengan hubungannya bersama pasangan.

Menanggapi pernyataan itu, seorang psikoterapis, Tina Tessina, menilai tindakan FDA sebagai hal lumrah.

Sebab, boleh jadi mereka yang kini mengumbar kemesraan, sebelumnya pernah mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan.

“Ada kemungkinan bahwa mereka memiliki begitu banyak kekecewaan dalam hal kemesraan di masa lalu, sehingga mereka benar-benar merayakan apa yang mereka miliki saat ini. Mungkin mereka mencoba meyakinkan dunia bahwa mereka merasa bersyukur menjalani hubungan yang baik,” ujar Tina.

Media Sosial Bukan Tolok Ukur Kebahagiaan

Menurut Tina, pasangan yang tidak mengumbar kemesraan di media sosial, bukan berarti tak bahagia dengan hubungan cintanya. “Mereka merasa orang lain tidak perlu tahu segala hal yang dilakukan di media sosial, atau dia lebih senang membicarakannya secara pribadi,” katanya.

Media sosial bukanlah tolok ukur kebahagiaan. Sebab, tingkat kebahagiaan pasangan ataupun seorang individu sangat subjektif. Perasaan senang dan bahagia bersifat tendesius, di mana bisa dimaknai berbeda-beda oleh setiap orang.

Editor


Komentar
Banner
Banner