Suku Bunga Acuan

Merespons The Fed, Indonesia Belum Saatnya Naikkan Suku Bunga Acuan

Bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) menghentikan kenaikan suku bunga pada Juni 2023 setelah sebelumnya mengalami kenaikan sejak Maret 2022.

Featured-Image
Krisis perbankan Amerika Serikat (AS) berpotensi memperlambat laju perekonomian negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Foto: sociobits.org

bakabar.com, JAKARTA - Bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) menghentikan kenaikan suku bunga pada Juni 2023 setelah sebelumnya mengalami kenaikan sejak Maret 2022. The Fed menargetkan inflasi Amerika bisa ditekan ke kisaran 2%. Target tersebut masih dua kali lebih tinggi dibandingkan inflasi Mei 2023 yang tercatat 4% (year-on-year).

Bank Indonesia menilai The Fed kemungkinanakanmenaikkan kembali suku bunga acuannya pada Juli 2023. Itu seiring dengan kondisi inflasi di Amerika yang masih 4%, meskipun telah turun dari sebelumnya 4.9%.

Tak ada cara lain, untuk mengejar target inflasi 2%, The Fed terpaksa menaikkan suku bunga acuan, karena merasa perlambatan masih terjadi. Kenaikan suku bunga AS ternyata ikut memaksa bank sentral sejumlah negara di eropa ikut menaikkan suku bunga acuan. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia M Nafan Aji Gusta menilai kenaikan suku bunga The Fed tidak berdampak signifikan terhadap ekonomi makro Indonesia. Indonesia dinilai lebih kuat di tengah ketidakpastian global dan ketakutan resesi. 

Baca Juga: Suku Bunga The Fed, Gubernur BI Perkirakan Naik 5,5 Persen pada Juli

"Memang kebijakan kenaikan suku bunga ini efektif untuk meredam inflasi jika melihat tren inflasi global," ujar Nafan saat dihubungi bakabar.com, Senin (26/6).

Namun dalam konteks Indonesia, kata Nafan, belum saatnya untuk menaikkan suku bunga acuan. "Alasannya, ekonomi domestik kita masih stabil, economic growth masih stabil diangka 5%, dan inflasi 4%," terangnya.

Sebagai catatan, the Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 500 basis poin sejak Maret 2022 menjadi 5-5,25%. Suku bunga saat ini sudah menyamai rekor pada 2006 dan tertinggi setelah Januari 2001 (5,5%).

Adapun, Bank Indonesia selaku bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga sampai akhir tahun ini, kecuali terjadi tekanan yang sangat besar terhadap nilai tukar rupiah.

Editor
Komentar
Banner
Banner