bakabar.com, JAKARTA - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadahlia menyebut akan terjadinya krisis ekonomi global fase keempat.
Krisis tersebut ditengarai muncul akibat dari ketegangan politik antara Tiongkok dengan Taiwan. Perseturuan keduanya semakin memanas akibat dari kunjungan ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan.
Dalam kunjungannya, Nancy mengatakan bahwa Amerika akan terus memberi dukungan kepada pemerintah Taiwan. Akibatnya, Tiongkok mengirim 22 pesawat tempur ke zona udara milik Taiwan sebagai tanda peringatan.
"Ini sangat berpengaruh pada ekonomi global yang berdampak pada ekonomi nasional," ujarnya dalam acara pengambilan nomor urut Caketum HIPMI, di Jakarta, Sabtu (10/9).
Bahlil menjelaskan, fase pertama krisi global diawali dengan perang dagang antara Amerika dengan Tiongkok, yang terjadi pada tahun 2018. Pada era kepemimpinan Donald Trump, Amerika memutuskan untuk menaikkan bea cukai.
“Terhadap impor panel surya dan mesin cuci dari Tiongkok sebesar 30 persen,” tutur Bahlil.
Selain itu, kata Bahlil Peningkatan bea cukai dilanjutkan terhadap produk impor baja dan almunium Tiongkok. Pihak Tiongkok, kemudian memberi respon yang sama terhadap barang impor Amerika ke negaranya. Aksi kedua tersebut membuat beberapa harga komoditas melesat dan menimbulkan krisis ekonomi secara global.
Habis perang dagang karena naiknya kepemimpinan Joe Biden, muncul pandemi Covid-19 pada tahun 2019, yang menjadi awal dari fase kedua. Pandemi mengakibatkan laju ekonomi seluruh dunia lumpuh total. Kelumpuhan tersebut diakibatkan penerapan lockdown atau penutupan total akses ke dalam suatu negara.
Pandemi Covid-19 atau virus corona, yang belum usai, muncul fase ketiga. Pecahnya perang fisik antara Rusia dengan Ukraina menjadi awal fase ketiga.
Ketegangan kedua negara sudah terjadi semenjak tahun 2014, kala itu Rusia melakukan agresi militernya setelah presiden Ukraine yang pro Rusia digulingkan. Rusia berhasil merebut wilayah Ukraina Krimea. Rusia kemudian menandatangani perjanjian damai dengan Ukraina.
Pada tahun 2021, perang kembali pecah akibat dari keputusan presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengabil langkah untuk bergabung dengan NATO. Pemimpin Rusia Vladimir Putin, memutuskan untuk memulai agresi militer.
Akibatnya, muncul krisis pangan dan krisis energi yang membuat sebagian wilayah eropa harus melakukan pemadaman bergilir untuk menghemat energi. (Gabid)