Jejak Tokoh

Mengenang Jejak Boenjamin, Pendiri Perusahaan Farmasi Kalbe Farma

Kabar duka datang dari salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Boenjamin Setiawan meninggal dunia pada Selasa (4/4).

Featured-Image
Pendiri PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Boenjamin Setiawan. Foto: Kompas.com

bakabar.com, JAKARTA –Kabar duka datang dari salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Boenjamin Setiawan sang pendiri perusahaan, meninggal dunia pada Selasa (4/4). Boenjamin wafat pada usia 90 tahun.

Ia disemayamkan di Rumah Duka Sentosa, RSPAD Gatot Soebroto. Boenjamin rencananya akan dimakamkan di Sandiego Hills, Sabtu (8/4).

Boenjamin menjadi sosok yang berhasil mencatatkan namanya masuk ke dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan laporan Forbes, ia terdaftar sebagai orang terkaya Indonesia peringkat delapan pada 2022.

Tercatat, kekayaan yang dimilikinya mencapai US$ 4,8 miliar atau setara Rp72 triliun. Pada 2019, kekayaan Boenjamin meningkat drastis, jumlahnya mencapai US$ 4,4 miliar atau setara Rp66 triliun. Padahal tahun 2018, kekayaannya baru mencapai US$ 3,2 miliar atau setara Rp48 triliun.

Baca Juga: Pasien Membludak, Ini Pandangan Medis soal Pengobatan Ibu Ida Dayak

Boenjamin diketahui lahir di Tegal, Jawa Tengah pada 23 September 1933. Ia merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Ayahnya bernama Khouw Sioe Djiang (Djajadiman) dan ibunya Liem Lian Kiok (Yanti).

Lahir dan menghabiskan masa kecil di Tegal, Boenjamin kemudian memutuskan untuk merantau ke Jakarta demi melanjutkan pendidikan SMP dan SMA. Kegigihannya untuk belajar berhasil menghantarkannya lulus sebagai dokter dari Universitas Indonesia pada 1958.

Tidak berhenti sampai di sana, Boenjamin berhasil meraih beasiswa kerjasama UI dan University of California. Pada umur 25 tahun, ia mencatatkan dirinya sebagai asisten dosen dan dosen kedokteran UI.

Tapi, Boenjamin pada saat itu belum berkeinginan untuk bekerja sebagai seorang dokter. Ia justru memilih untuk kembali ke kota kelahirannya dengan membuka bisnis obat.

Baca Juga: KPK: Lukas Enembe Mogok Minum Obat Dua Hari!

Pada saat itu, Boenjamin membangun perusahaan famasi bernama PT Farmindo, hasil kerjasama dengan kawannya pada 1963. Beroperasi selama tiga tahun, perusahaan tersebut bangkrut dan Boenjamin mengalami kerugian besar.

Pada 1966 Boenjamin kembali membangun perusahaan famasi. Perusahaan tersebut didirikan bersama beberapa saudaranya. Kali ini perusahaan yang dibangunnya telah mencatatkan nama Boenjamin sebagai orang terkaya di Indonesia hingga saat ini.

Perusahaan itu bernama Kalbe Farma, diambil dari singkatan nama Boenjamin dan saudaranya, Khow Lip Boen dan Khouw Lip Bing, menjadi singkatan KLB atau jika dilafalkan menjadi Kalbe.

Perusahaan tersebut pertama kali beroperasi dalam garasi dari rumah yang disewanya di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saat itu, Kalbe Farma menjalankan operasional sebagai toko penjual obat berdasarkan resep dokter.

Baca Juga: Diduga Kosleting Listrik, Kantor Farmasi di Kelapa Gading Terbakar

Boenjamin bersama saudaranya secara hati-hati mengembangkan bisnis Kalbe Farma dan berhasil membangun pabrik pertama di daerah Pulo Mas, Jakarta Timur. Perusahaan tidak hanya memproduksi obat, namun juga memiliki laboratorium farmasi. Produk hasil olahannya perlahan kian dikenal masyarakat.

Beberapa obat hasil olahannya banyak dikonsumsi masyarakat. Sebut saja, Kalpanax (obat panu), Puyer 16 Bintang Toedjoe, Promag, Komix, Procold, Mixagrib, Entrostop, Fatigon. Selain itu ada juga Woods, Extra Joss, Bejo Sujamer, Diabetasol dan lain sebagianya.

Perusahaan terus tumbuh hingga akhirnya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten KLBF pada tahun 1991. Harga nilai nominalsaham perdana alias IPO kala itu Rp1.000 per lembarnya.

Pada 2005, perusahaan menggabungkan Dankos Laboratories (DNKS) dan Enseval Putra Megatrading (EPMT) dengan Kalbe Farma. Penggabungan tersebut yang akhirnya membuat Kalbe menjadi perusahaan farmasi publik terbesar di Asia Tenggara.

Baca Juga: Indonesia Berpeluang jadi Basis Industri Farmasi di Asia Tenggara

Kini tidak ada yang menyangka jika KLBF menjadi perusahaan farmasi publik terbesar di Asia Tenggara. Mengutip data RTI per 5 April, saham KLBF dijual di angka Rp2.110 dengan total kapitalisasi pasar Rp99,3 triliun.

Setelah mengurus Kalbe Farma selama 42 tahun lamanya, Boenjamin mengundurkan diri dari jabatan presiden direktur, digantikan oleh Bernadette Ruth Irawati Setiady. Ia juga diketahui mengelola Rumah Sakit Mitra Keluarga dan telah melantai di BEI sejak tahun 2015

Editor
Komentar
Banner
Banner