Social climber

Mengenal 'Social Climber' di Sekitar Anda, Cek Ciri-Cirinya

Ketika menjalin hubungan pertemanan, sedianya didasari dengan rasa tulus satu sama lain, namun hal tersebut tidak berlaku bagi seorang pemanjat sosial.

Featured-Image
Ilustrasi Social Climber (Foto: USS Feed)

bakabar.com, JAKARTA - Ketika menjalin hubungan pertemanan, sedianya didasari dengan rasa tulus satu sam lain, namun sayangnya hal tersebut tidak berlaku bagi seorang pemanjat sosial atau yang tren disebut social climber ini.

Istilah tersebut yang merujuk pada kondisi di mana seseorang menjalin status pertemanan dengan tujuan semata-mata demi meningkatkan status sosialnya.

Bahkan hubungan dengan niat tertentu itu semakin marak dan menjadi lazim di era digital ini. Banyak ruang dan peluang mengaktualisasi diri yang disisi dengan upaya mendongkrak status sosial belaka.

Opurtunis, Komparatif, hingga Berujung Depresi

Berkawan dengan pedagang parfum akan ketularan wangi, demikian ungkapan yang secara positif menggambarkan bagaiman lingkar pertemanan membawa dampak besar pada diri seseorang.

Tapi, bagi pemanjat sosial, upaya menjalin pertemanan hanya dilandasi opurtunisme. Bukan timbal balik.

Baca Juga: Clara Shinta Diduga Jadi Pelakor, Teh Pelangsing Miliknya Ikut Kena ‘Sentil’: Aman untuk Kesehatan?

Melansir Psychology Today, efek buruk perilaku panjat sosial mempunyai kecendrungan ekstrim terhadap perbandingan diri. Ia selalu melihat orang lain lebih baik dari mereka dalam hal penampilan dan kualitas.

Mereka adalah pribadi yang kurang bersyukur atas segala hal yang ia miliki. Factor itulah yang menjadi penyebab mengapa mereka tidak membangun pertemanan yang tulus.

Ciri-ciri Social Climber

1. Berteman karena status sosial

Biasanya karakter teman yang memilih menjalin pertemanan karena status ekonominya, dan memiliki koneksi yang bergengsi inilah ciri-ciri teman yang memiliki sifat pansos.

2. Suka memanfaatkan teman

Mereka akan memanfaatkan pertemanan demi mendapatkan popularitas. Tak heran mereka selalu memilih lingkaran pertemanan berstatus tinggi.

3. Sangat memperhatikan penampilan

Seorang social climber selalu mengutamakan penampilan agar selalu terlihat menonjol. Mereka juga selalu memamerkan brand yang dikenakan.

Baca Juga: Bisa Membunuh! Begini Dampak Verbal Bullying Berkedok ‘Jangan Baper’

Mereka memastikan agar penampilan nya dan pertemanannya selaras. Maka dari itu ia bergaul dengan pertemanan yang fashionable dan berkelas.

4. Tidak dapat dipercaya

Social climber ini bisa membatalkan janji secara mendadak hanya karena menerima ajakan dari pertemanannya yang lebih menarik. Untuk menghindari pertemanan seperti ini, kita harus lebih selektif dalam memilih teman agar terhindar dari lingkungan pertemanan yang merugikan diri

5. Munafik

Ciri ini dapat terlihat dari ucaoan mereka yang hiperbola. Berteman dengan social climber cuma membuang waktu dan merugikan. Jika Anda merasa berada dalam lingkaran tersebut, sebaiknya dihindari daripada terjebak dalam toxic relationship.

Sisi Lain Social Climber

Kebanyakan orang cenderung berusaha untuk meningkatkan kualitas lewat pertemanan yang membawa ke arah lebih baik. Namun perlu diingat, Anda perlu merancang strategi saat melakukan pansos agar tidak ambisius.

Menurut psikolog Tara de Thouars, seseorang harus tahu kapan berhenti berusaha menembus batas yang justru menjerumuskan ke hal yang lebih destruktif.

Baca Juga: Nikita Mirzani Resmi Ditahan, Teriak Histeris di Kejari Serang

Seperti ketika praktik panjat sosial yang berujung depresi, kehabisan uang, mendapatkan hujatan yang berlebihan, dan dampak burung lainnya.

”œYang berbahaya ialah saat 'social climber' sangat ingin mencapai keinginannya, mulai merugikan diri sendiri dan orang lain, sampai ia tak bisa berdamai dengan diri sendiri sehingga menjadikannya depresi, kata Tara seperti yang dikutip dari Majalah Elle Indonesia (25/10).

Jadi, apakah Anda mulai bisa mengidentifikasi diri atau lingkungan sekitar dengan melihat gejala panjat sosial ini?

Editor


Komentar
Banner
Banner