News

Mengenal Liz Truss, PM Baru Inggris Pengganti Boris Johnson

apahabar.com, BANJARMASIN – Kabar terpilihnya Liz Truss sebagai perdana menteri Inggris menggantikan Boris Johnson menjadi pencarian…

Featured-Image
Kabar terpilihnya Liz Truss sebagai perdana menteri Inggris menggantikan Boris Johnson menjadi pencarian terbanyak. Dari pantauan, kabar wanita berusia 47 tahun itu menjadi perdana menteri Inggris juga menjajaki trending topik di Google. Foto-Net

Kehidupan masa muda

Wanita dengan nama asli Mary Elizabeth Truss lahir di Oxford pada tahun 1975. Sang ayah berprofesi sebagai profesor matematika dan ibunya seorang perawat yang mana disebut sebagai orang-orang berpaham “kiri”.

Semasa kecilnya, sang ibu ikut serta dalam pawai Campaign for Nuclear Disarmament, organisasi yang keras menentang keputusan pemerintah Thatcher untuk memberi izin pemasangan hulu ledak nuklir AS di RAF Greenham Common, wilayah barat kota London.

Saat Liz Truss berusia 4 tahun, keluarga Truss pindah ke Paisley, tepat di sebelah barat Glasgow.

Adik laki-laki Truss dalam acara Profile di BBC Radio 4, mengatakan keluarganya senang bermain permainan papan, namun Truss muda benci kekalahan dan sering kabur daripada mengambil risiko tidak menang.

Keluarga Truss lalu pindah ke Leeds, tempat Liz Truss bersekolah di Roundhay, sekolah menengah negeri. Ia bercerita tentang melihat “anak-anak yang gagal dan dikecewakan oleh ekspektasi yang rendah” selama waktunya di sana.

Sementara beberapa mantan siswa seangkatan Truss di Roundhay membantah ceritanya tentang sekolah tersebut. Jurnalis Guardian Martin Pengelly menyebut bahwa Truss hanya menceritakan pengelaman pribadi yang ia rasakan saat bersekolah, hingga ia dengan santainya menjelek-jelekkan sekolah dan para guru sekedar untuk keuntung politik.

Truss berhasil masuk Universitas Oxford. Di universitas itu dia belajar filsafat, politik, dan ekonomi serta aktif dalam politik mahasiswa, awalnya untuk Partai Demokrat Liberal.

Pada konferensi partai tahun 1994, ia berbicara mendukung penghapusan monarki.

“Kami Demokrat Liberal percaya pada kesempatan untuk semua. Kami tidak percaya ada orang yang dilahirkan untuk memerintah,” ujarnya kepada para delegasi di Brighton.

Baca di halaman selanjutnya

HALAMAN
123


Komentar
Banner
Banner