Bangunan Bersejarah

Masjid Paromosono, Saksi Perpindahan Kartasura ke Keraton Kasunanan

Masjid di sebelah barat kori kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta ini adalah masjid yang menjadi saksi perpindahan Keraton Kartasura ke Keraton Kasunanan.

Featured-Image
Serambi depan Masjid Paromosono yang telah direnovasi menggunakan lantai keramik. Foto : apahabar.com/Fernando

Masjid Pertama untuk Rakyat

Kanjeng Nuky menjelaskan keberadaan Masjid Paromosono tidak hanya diperuntukkan bagi sentono dalem atau keluarga raja yang berada di Baluwarti, melainkan juga untuk abdi dalem serta rakyat pada umumnya.

"Jadi bisa dikatakan itu adalah masjid pertama yang dibuat di Kota Nagari Surakarta yang diperuntukan untuk semua orang," terangnya.

Sementara itu Ahmad Nadzim (56) takmir Masjid Paromosono menjelaskan masjid berkapasitas 200-300 jamaah ini masih sering digunakan pihak keraton.

Baca Juga: Gratis! Komunitas di Pamekasan Rela Keliling Bersihkan Masjid

Di antaranya saat menjelang memasuki bulan Ramadan, keraton Kasunanan Solo mengadakan doa untuk para leluhur. Dalam prosesi doa tersebut juga disediakan ketan, kolak, sama apem.

"Setelah selesai puasa, menjelang Idulfitri juga ada pembacaan doa dari keraton," ujar Ahmad Nadzim.

Nadzim menambahkan Masjid Poromosono juga terbuka untuk masyarakat umum yang ingin menggelar acara keagamaan.

Masjid Paromosono nampak dari depan. (Foto: apahabar.cp,/Fernando)
Masjid Paromosono nampak dari depan. (Foto: apahabar.cp,/Fernando)

Setiap malam Jumat misalnya, di Masjid Poromosono rutin mengadakan yasinan dan tahlilan.

Tak hanya itu, setiap akhir pekan yakni Sabtu malam juga diadakan kegiatan pengajian rutin.

"Kalau masyarakat ingin menghendaki tidak cukup mengadakan yasin dan tahlil masjid juga bisa ditempati," katanya.

Bangunan yang Masih Bertahan

Pintu kayu jati
Pintu kayu jati Di Masjid Paromosono pemberian Pakubuwono ke IV. (Foto: bakabar.com/Fernando)

Nadzam menerangkan dulunya bangunan masjid tidak sebesar saat ini. Sebelumnya, hanya ada bangunan utama di bagian tengah. Kemudian seiring berjalannya waktu setiap pakubuwono menambahkan beberapa bangunan.

"Dulu tidak sebesar ini cuma serambi tengah. Lalu ditambah bangunan sampai Pakubuwono ke IX. Dulu asalnya lantai biasa, dari tanah. Baru sekitar tahun 80-an, kita merevonasi lantai," ungkapnya.

Selain lantai, genteng bagian depan yang semula sirat kayu juga sempat diganti. Untuk tiang masjid sendiri masih mempertahankan keasliannya dari kayu jati. Begitu pula bedug dari kulit kerbau dari zaman Pakubuwono II. Sedangkan untuk pintu berasal dari Pakubuwono IV.

Editor
Komentar
Banner
Banner