Restorasi Mangrove

Maraknya Sampah, YKAN: Kendala Terbesar Restorasi Mangrove di Indonesia

Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman menjelaskan peran menanam mangrove di wilayah pesisir laut Jakarta terhadap kehidupan.

Featured-Image
Direktur Program Kelautan yayasan konservasi alam nusantara (YKAN), Muhammad Ilman (Foto:apahabar.com/Daffa)

bakabar.com, JAKARTA - Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Muhammad Ilman menjelaskan peran menanam mangrove (bakau) di wilayah pesisir laut Jakarta terhadap kehidupan dan lingkungan.

Menurutnya, selain berfungsi sebagai pelindung pantai dan 'karbon biru' (blue carbon), mangrove merupakan nursery ground dan habitat biota yang bernilai ekonomis seperti ikan, kepiting, dan udang (manfaat untuk livelihood).

Dengan peran yang vital tersebut, keberadaan mangrove kini semakin terancam dengan hadirnya sampah plastik. Hal itu, kata Ilman, menjadi permasalahan terbesar yang dihadapi dalam restorasi hutan mangrove di daerah perkotaan.

"Bakau ini kan ekosistem, bukan hanya pohon, di bawahnya ada air dan makhluk hidup yang terganggu karena sampah, jadi di wilayah perkotaan itu ancamannya tidak pada penebangan, tetapi pada kualitas bakaunya sendiri, kita masih belum punya mekanisme yang baik untuk mengolah sampah," kata Ilman di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis (25/5).

Baca Juga: Kemandirian Ekonomi Pesisir, Warga Tanjungpunai Kelola Mangrove

Ia mengungkapkan, sampah yang dibuang di darat muaranya pasti akan ke laut, sehingga bisa merusak ekosistem mangrove. Adapun fungsi mangrove sebagai penahan limbah sebelum masuk ke laut jadi tidak berfungsi maksimal.

Selain itu, kata Ilman, permasalahan sampah plastik telah mempengaruhi menurunnya kualitas ekosistem bakau. Penurunan kualitas mangrove akan berdampak terhadap populasi ikan.

"Saking banyaknya sampah plastik yang tertimbun dan terbuang (baik di laut maupun darat) akhirnya banyak ikan, bahkan ternak, ketemu plastik di dalamnya. Plastik ini meskipun diproduksi di darat, sebagian besar masuk ke laut. Banyak plastik yang merusak ekosistem bakau," jelasnya.

Ilman menuturkan, sampah juga dapat merusak kualitas air, sehingga organisme yang ada di dalam mangrove menjadi rusak. Selain itu, mangrove juga memiliki kapasitas dalam menahan sampah.

Baca Juga: Untuk Keempat Kalinya, Trenggalek Tuan Rumah Festival Mangrove Se-Jawa

"Mangrove itu sebenarnya menahan sampah, tetapi dia punya kapasitas, dan ini sudah terlampaui, meskipun kita rutin melakukan pembersihan, berkarung-karung setiap kita membersihkan sampah," ujar dia.

Karena itu Ilman menyerukan bahwa upaya penyelamatan ekosistem mangrove tidak bisa diselesaikan hanya di hilir. Pemerintah harus membuat strategi dan kebijakan yang tepat, menyesuaikan dengan daerahnya.

 "Ini yang saya rasa perlu strategi berbeda baik pemerintah, lembaga, maupun organisasi nirlaba untuk menyelamatkan ekosistem bakau, di luar daerah perkotaan itu, urusannya tambak, persawahan dan kebun, sedangkan di perkotaan, bakau ini musuhnya sampah," katanya.

Selain itu, dia juga menekankan pentingnya gerakan masif dan sosialisasi terus-menerus untuk mengurangi sampah plastik.

Baca Juga: BRIN Temukan Limbah Minyak, Mangrove di Teluk Ambon Mati

Mirip IKN Nusantara

Ilham menjelaskan menanam mangrove di pesisir Jakarta telah berdampak positif dalam upaya pengurangan emisi karbon. Hal itu membuat udara Jakarta menjadi lebih sejuk.

Menurutnya, konsep menanam mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara, situasinya mirip seperti di IKN Nusantara. Aksi tersebut berfungsi untuk mengurangi dampak pemanasan global.

"Saat ini belum kepikiran sampai disana (seperti konsep IKN), tapi secara tidak langsung, kegiatan ini mirip," kata Ilman.

Ilman mengungkapkan penanaman dan pemeliharaan mangrove, secara tidak langsung telah berkontribusi bagi kota Jakarta, utamanya penurunan emisi Karbon.

Baca Juga: Yayasan AHM Tanam Seribu Pohon Mangrove, Bisa Jadi Rumah Baru untuk Bekantan

"Dengan melakukan restorasi ini, ini akan berkontribusi terhadap penurunan emisi untuk wilayah-wilayah Jakarta kalau mau dihitung secara tidak langsung," ujar Ilman.

Secara tidak langsung, menurut Ilman, pihaknya tidak spesifik mendeklarasikan kegiatan restorasi mangrove sebagai perwujudan dari hadirnya net zero emission (NZE).

"Tetapi kegiatan-kegiatan kita ini kalau mau dikuantifikasi, mau dihitung, itu mirip sebenarnya, arahnya kesana gitu," imbuhnya.

Sebelumnya, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dan Asian Development Bank (ADB) menjalin kerja sama untuk mewujudkan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sebagai kota hutan netral karbon.

Baca Juga: Pengawasan Ruang Laut, KKP: Perusahaan Rusak Lingkungan, Izinnya Dicabut

Dalam kerja sama itu, ADB akan memberikan dukungan pengembangan jalan menuju Nusantara sebagai kota hutan netral karbon, yang melingkupi pertama, kerja sama dalam hal perencanaan kota baru dengan membuat platform data geospasial Nusantara untuk memfasilitasi minat investor dan penilaian keselarasan Rencana Detail Tata Ruang dengan rencana induk Nusantara.

Kedua, penilaian dampak lingkungan dan pengembangan jalan menuju Nusantara sebagai kota hutan netral karbon melalui penyusunan regionally and locally determined contributions (RLDC). Ketiga, memanfaatkan peluang untuk memobilisasi pembiayaan termasuk potensi pembiayaan iklim, kemitraan pemerintah dan badan usaha, serta mengaktifkan dukungan pembangunan lingkungan.

Editor
Komentar
Banner
Banner