bakabar.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau program pemulihan habitat laut di Pantai Mutiara dan Hutan Mangrove Cengkrong yang terletak di Kabupaten Trenggalek. Gubernur Khofifah melihat langsung kesiapan Trenggalek sebagai tuan rumah dari diadakannya Festival Mangrove pada Maret 2023
Bersama rombongan, Gubernur Khofifah meninjau lokasi pelestarian ekosistem mangrove. Di lokasi itu nantinya diadakan festival mangrove yang keempat .
"Jadi kalau festival mangrove ya menanam, ya menyemai benih terutama kepiting, ikan dan kemudian hilirisasi dari produk mangrove," ujarnya.
Khofifah mengatakan pelestarian ekosistem laut dan pesisir merupakan upaya untuk mewujudkan blue economy. Dia mengingatkan, kontribusi oksigen dunia bukan hanya berasal dari hutan tropis namun juga dari ekosistem pantai.
Baca Juga: BRIN Temukan Limbah Minyak, Mangrove di Teluk Ambon Mati
"Kalau green economy itu adalah pembangunan yang ramah lingkungan sementara blue economy adalah pembangunan yang tidak menimbulkan limbah. Tadi kita melihat ada underwater restocking, rehabilitasi terumbu karang, rumah-rumah ikan dan seterusnya yang kesemuanya merupakan ekosistem laut yang harus kita jaga," ujar Khofifah.
Dia menambahkan, "Ini adalah ekosistem tata ruang laut yang rangkaian prototype-nya kita coba di pantai Mutiara dan Prigi. Ini menjadi salah satu referensi bagaimana tata ruang biota laut dilakukan oleh Pemkab Trenggalek bersama Pemprov Jatim."
Selain itu, Pantai Mutiara Trenggalek merupakan destinasi wisata komprehensif. Sejumlah fasilitas telah disediakan, mulai dari home stay, tempat makan, musholla, kamar mandi, toilet, gazebo, serta tempat parkir.
Lebih dari itu, biaya kunjungannya juga murah. Cuma dengan Rp5.000 per orang untuk sekali kunjungan dan Rp2.000-5.000 untuk biaya parkir.
Baca Juga: Yayasan AHM Tanam Seribu Pohon Mangrove, Bisa Jadi Rumah Baru untuk Bekantan
Menurut Gubernur Khofifah ketika ada rencana nasional tentang target 2060 tentang net zero emission (NZE), hampir setiap bulan dirinya selalu menanam mangrove bersama elemen lain di Jawa Timur.
"Karena kita merasa bahwa penanaman dan pemeliharaan sudah kita lakukan dengan sinergitas yang cukup bagus, maka kita memulai festival mangrove dan sudah berjalan tiga kali," tuturnya.
Saat ini luasan mangrove di Jawa Timur mencapai 1.821 hektar. Per hektar ditumbuhi 3.300 pohon sehingga total lebih tujuh juta pohon mangrove di Jawa Timur. Angka itu setara dengan 48% hutan mangrove se Pulau Jawa.
Selain rehabilitasi mangrove, Gubernur Khofifah mengatakan Pemprov Jatim juga melakukan rehabilitasi terumbu karang. Total rehabilitasi terumbu karang tahun 2019-2022 seluas 24,84 Ha.
Baca Juga: YLBHI Desak Polda Jawa Timur Bebaskan Petani Pakel yang Ditahan
"Jadi ada atau tidak ada festival mangrove kita tetap nandur mangrove. Ayo bersama-sama kita nandur mangrove," pekiknya.
Selain itu, hilirisasi hasil laut sudah dilakukan. Di festival mangrove nanti, pengunjung akan melihat salah satu gift dari G20 untuk tamu kepala negara, yakni batik yang bahan warnanya berasal dari mangrove.
"Juga ada sirup mangrove, kue, kerupuk berbahan baku mangrove dan sebagainya," terang Khofifah. Dengan begitu, semakin meyakinkan betapa nilai tambah mangrove bisa dirasakan oleh masyarakat ketika ada penguatan kreativitas dan inovasi.
"Di sini hilirisasinya sudah ada beragam produk. Jadi sisi ekonominya sudah bisa dirasakan," jelasnya.
Baca Juga: Terciptanya Iklim Usaha Berkeadilan, Jatim Sabet Dua Penghargaan di KPPU Award 2023
Lebih lanjut, Khofifah menekankan tentang pentingnya menjaga ekosistem. Karena hal itu berkatian dengan daya dukung alam dan daya dukung lingkungan. Termasuk kaitannya dengan mangrove.
"Jadi, sering kali saya sampaikan kalau saya nandur mangrove itu adalah bagian dari sedekah oksigen," jelasnya.
Senada, Bupati Trenggalek Nur Arifin mengatakan kawasan mangrove di pesisir Jawa Timur khususnya di pesisir selatan Trenggalek cukup luas mencapa ratusan hektar.
Baca Juga: Khofifah Siap Jadi Ibu Asuh Bagi Anak-Anak Maibo yang Mau Bersekolah di Jatim
Termasuk, kata dia, biota yang ada cukup baik dan terjaga. Salah satunya dengan budidaya kepiting sehingga fungsi ekologi dapat berjalan alami sekaligus menghasilkan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
"Terbukti masyarakat Trenggalek selama ini mendapatkan berkah di kawasan konservasinya. Seperti tadi di Pantai Mutiara dan juga di Cengkrong ini bisa menjadi tempat wisata yang menghasilkan ekonomi bagi masyarakat," ungkapnya.