bakabar.com, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ambon menemukan kandungan minyak pada kawasan mangrove yang mati dan mengering di kawasan Poka, Kota Ambon, Maluku.
Perekayasa Ahli Madya BRIN Ambon Daniel Pelasula mengatakan adanya minyak yang mengendap di kawasan mangrove sehingga banyak tanaman mati.
"Kemarin itu kami semprot dengan mobil air. Ternyata minyak yang mengendap di situ keluar banyak, itu disinyalir menjadi penyebab mangrove mati dan kering," kata di Ambon, Minggu.
Menurut Daniel, temuan kandungan minyak pada kawasan mangrove diduga berasal dari kebocoran pipa, akibat dari pengerjaan jembatan yang hingga kini masih berlanjut.
Baca Juga: Butuh Triliunan, BRIN Hentikan Proyek Alat Deteksi Tsunami
Pelasula melanjutkan, limbah minyak yang ditemukan BRIN Ambon, pada kawasan mangrove yang mati tersebut sangat berbahaya bagi biota laut yang hidup baik tanaman maupun ikan.
Selain itu, perairan dengan pola arus bawah pada kawasan mangrove tersebut dapat dengan mudah menyeret limbah, masuk ke sela-sela mangrove.
"Susah untuk hidup karena lokasi pola arus bawa semua limbah masuk ke situ dan susah keluar, kemarin minyak sudah muncul semua, solusinya harus sedot, cuma seng ada alat sedot," katanya lagi.
Sebelumnya, ratusan pohon mangrove yang berada di pesisir Teluk Ambon, tepatnya di Pantai Desa Poka, Kota Ambon mengering dan mati. Mangrove yang telah berumur belasan tahun itu mengering dan mati diduga karena tercemari limbah di kawasan tersebut.
Baca Juga: Didesak Mundur, Kepala BRIN Seret Jokowi dan Jumpai Megawati
Pohon yang menjadi penjaga dan pelindung Teluk Ambon ini mati dan terus mengering dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan, berdasarkan data BRIN dalam dua dekade terakhir luasan mangrove di kawasan Teluk Ambon masih tersisa 33 hektare dari awalnya 43 hektare.
"Hal itu dikarenakan banyaknya aktivitas pembangunan rumah dan kafe-kafe di atas kawasan mangrove," terangnya.