bakabar.com, JAKARTA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat untuk terus waspada terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti polio, campak, difteri dan rubela.
Kewaspadaan tersebut dilakukan dengan senantiasa menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta melengkapi imunisasi pada anak.
Khofifah menegaskan pentingnya kewaspadaan itu selaras dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor: IM.03.02/C/976/2023, melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2022.
Sementara itu, beberapa wilayah di Indonesia masih mengalami peningkatan KLB PD3I, khususnya penyakit campak dan difteri.
Baca Juga: Jawa Timur Peringkat Pertama Vaksinasi Covid-19 Dosis Keempat
"Ayo segera bawa anak-anak kita ke Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat agar melengkapi status imunisasinya dan selalu menerapkan PHBS." ajak Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (15/3).
Selain mengimbau masyarakat, Khofifah juga meminta seluruh jajaran dinas kesehatan untuk melakukan upaya pencegahan dan pengendalian PD3I, khususnya difteri di Jawa Timur.
"Saya instruksikan Kepala Dinkes Jatim agar berkordinasi intensif dengan Kepala Dinkes di 38 kabupaten/kota untuk mengoptimalkan pelaksanaan surveilans difteri dan PD3I lainnya melalui peningkatan kewaspadaan dini dan respons di wilayah, salah satunya adalah dengan pelaporan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR)," jelasnya.
Khofifah menyebut, berdasarkan data Dinkes Jatim, jumlah kasus difteri di Jawa Timur hingga Maret 2023 sebanyak 51 kasus, tersebar di 26 kabupaten/kota dengan jumlah kematian sebanyak 4 kasus.
Baca Juga: Menkes Kejar Pemenuhan Imunisasi Difteri di Garut
Gubernur Khofifah telah menerbitkan Surat Edaran Gubernur per tanggal 17 Februari 2023 perihal Kewaspadaan terhadap PD3I kepada Bupati/Walikota se-Jawa Timur.
Pemprov Jatim juga bekerjasama dengan dinkes kabupaten/kota dalam menanggulangi penyakit difteri, antara lain melakukan penyelidikan epidemiologi kasus difteri, melaksanakan Outbreak Respon Immunization (ORI) di wilayah yang terdampak kasus difteri, serta menyiapkan logistik berupa vaksin difteri dan anti difteri serum.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur (Jatim) Dr. Erwin Astha Triyono menjelaskan penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae dan menular melalui droplet.
Dengan kata lain, sambungnya, apabila seseorang tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air ludah orang lain yang terpapar difteri saat batuk atau bersin, serta menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita maka berpotensi tertular.
Baca Juga: Jemput Bola Vaksin Campak, Januari DKI Jakarta ‘Zero Cases’
Adapun komplikasi yang sering terjadi pada kasus difteri di antaranya, miokarditis, gangguan ginjal, bahkan kematian yang diakibatkan karena adanya toksin (racun) yang dikeluarkan bakteri penyebab Difteri.
Gejala dan tanda khas dari difteri, menurut Dr Erwin, adanya pseudomembran atau membrane berwarna putih ke abu-abuan di sekitar tonsil atau faring. Tanda dan gejala lainnya seperti sakit tenggorokan, batuk, demam, bullneck (pembengkakan leher), stridor atau sesak napas yang berbunyi.
"Saya mengimbau kepada masyarakat, jika menemui gejala tersebut, segera periksakan diri ke fasyankes terdekat untuk segera ditangani." tandasnya.