Makin Cakap Digital

Literasi Digital di SMP Aceh Besar: Belajar Asyik dengan Google Classroom  

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI berkolaborasi dengan beberapa SMP di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh melaks

Featured-Image
Ragam materi disajikan dalam webinar literasi digital di SMP Aceh Besar.

bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan beberapa SMP di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh melaksanakan webinar literasi digital Sektor Pendidikan. Mengusung tema “Belajar Asyik Dengan Google Classroom” telah digelar pada Rabu (17/5) pukul 10.00-12.00 WIB. 

Kegiatan literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika di lingkungan pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan menuju Indonesia #MakinCakapDigital. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman, yaitu dengan menyuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya, dan dimana 191,4 juta penggunanya menggunakan media sosial. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat. 

Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SD Prabumulih: Setop Cyberbullying

Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Katadata Insight Center (KIC), didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 3,54 poin dari skala 1-5. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori sedang. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik. “Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual. 

Pada webinar yang menyasar target segmen pelajar SMP ini, sukses dihadiri oleh sekitar 300 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya. Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Semuel Abrijani Pangerapan, dihadiri narasumber Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM (Sekertaris Yayasan Pendidikan Cendekia Utama), narasumber lain Dr. H. Pahna Traya, S.Pd (Guru Penggerak Disdik Aceh Besar), kemudian bersama Key Opinion Leader (KOL) Nadila Fitria (Presenter - Influencer), serta Rai Santi sebagai juru bahasa isyarat dan dipandu oleh moderator Diny Brilianti.. 

Pada sesi pertama, narasumber Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM menyampaikan materi etika digital. Ruang lingkup etika digital meliputi kesadaran melakukan sesuatu, tanggung jawab, berintegritas, menghindari plagiasi, dan menyampaikan hal-hal yang bermanfaat. Perlu memiliki adab dan karakter yang baik di dalam ruang digital. Selain itu, terdapat tindakan etis terkait konten negatif yaitu analisis konten negatif, verifikasi konten negatif, tidak perlu mendistribusikan konten negatif, diharapkan hanya memproduksi konten yang bermanfaat dan positif. 

“Jadi apa saja sih etika yang harus dilakukan dalam penggunaan google clasroom, yang pertama, menghormati privasi, di forum ini pun tadi sudah disampaikan juga aturan-aturan, nah aturan itu lah yang kita sebut etika, etika dalam forum ini, literasi digital, nah terkait etika dalam pembelajaran online kita perlu menghormati privasi, tidak membagikan informasi pribadi siswa lain tanpa izin, kemudian menjaga sikap sopan," jelasnya. 

Selanjutnya, berkomunikasi dengan baik dalam setiap interaksi di pembelajaran online, kemudian menghormati hak cipta. "Jadi jika ada hak cipta yang akan dipaparkan, karena apapun yang kita paparkan itu akan menjadi rekam jejak kita, jika itu adalah hak intelektual orang lain, kita perlu menyebutkan sumbernya, atau kita izin," jelasnya. 

"Kemudian juga jangan melakukan kecurangan, mengikuti aturan dan petunjuk, kemudian kita perlu menghormati ruang belajar, karena ruang belajar ruang untuk membangun karakter dan juga intelektual dari siswa, menghindari penyebaran informasi palsu, kemudian menghormati perbedaan," paparnya lagi. 

Menurutnya, ada Bhinneka Tunggal Ika sebagai salah satu landskap kecakapan digital, kemudian mengelola waktu dengan bijak, menggunakan platform media digital untuk pembelajaran online secara efisien, termasuk mematuhi kebijakan penggunaan teknologi. 

Literasi digital di SMP Aceh Besar diikuti oleh ratusan pelajar.
Literasi digital di SMP Aceh Besar diikuti oleh ratusan pelajar.

Giliran narasumber kedua, Dr. H. Pahna Traya, S.Pd menjelaskan mengenai belajar asyik dengan google classroom, keunggulan google classroom untuk pembelajaran online yaitu lebih praktis dan akses yang mudah, lebih interaktif berkomunikasi dan melakukan kolaborasi, pembelajaran lebih efisien, melatih kemandirian siswa, serta memungkinkan pembelajaran jarak jauh. Tetapi, tetap perlu memperhatikan etika dan tata tertib di ruang digital.

“Nah anak-anak ibu sekalian, jangan takut dengan segala yang berbentuk digital, kenapa? Karena salah satu tujuan dari pendidikan, sifat dari pendidikan itu adalah mengikuti kodrat zamannya, zaman kita hidupnya yang seperti ini sudah, jadi kita ya ikuti arusnya, jadi jangan kita menutup diri, tapi kita ikuti, karena memang pendidikan itu harus mengikuti kodrat zamannya,” jelas Pahna.

Giliran Nadila Fitria yang merupakan seorang influencer dan presenter, tampil menyampaikan pengalamannya bahwa jaman dulu di dunia jurnalistik ada istilah bad news is a good news. 

Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SD Prabumulih: Setop Cyberbullying

Ketika ada berita buruk muncul itu baru banyak penontonnya, untuk itu, publik sekarang memerlukan budaya digital dan literasi digital agar orang-orang memahami bahwa berita yang baik adalah berita yang menyenangkan, bukan berita yang buruk. 

“Salah satu cara memilah milih berita yang tersebar adalah harus cari tahu dulu nih siapa sih yang nulis berita ini, atau siapa yang menyebarkan beritanya, kalau seseorang yang gak jelas ya berarti oh oke jangan terlalu percaya, semangat teman-teman untuk membaca dan juga mulai menulis, gak cuma baca doang, menulis juga, supaya apa yang kita pikirkan, kita bisa salurkan, dan itu bisa membantu kita di masa tua nanti supaya gak cepet pikun,” kata Nadila.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Aceh Besar: Pentingnya Pendidikan Karakter Gen-Z 

Pertanyaan pertama dari Ardianto Putra yang mengajukan bagaimana tanggapan anda mengenai kebiasaan masyarakat digital kita yang cenderung mengabaikan etika ketika berselancar di media digital seperti asal komentar, asal sebar di berbagai media sosial kemudian asal posting yang tidak ada manfaatnya? Kemudian narasumber Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM menanggapi bahwa Saya sangat miris ketika membaca kolom chat yang ada di forum zoom ini, siswa siswi semua punya masa depan dan calon orang sukses, tetapi jika tidak merubah bagaimana cara kita bersikap dalam dunia online dapat mengancam masa depan kita, apapun yang kita komentari dapat menjadi jejak digital yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Forum seperti ini secara masif guru harus berikan edukasi kepada siswa-siswi. Dalam dunia digital kita harus membawa etika diri sendiri, seperti menjaga tutur kata.

Pertanyaan kedua dari Nisma Karmala yang mengajukan pertanyaan bagaimana cara menyikapi banyaknya ketergantungan peralatan digital? Kemudian narasumber Pahna Traya, S.Pd menanggapi bahwa menggunakan dunia digital dalam hal positif itu akan membantu kita dalam kehidupan sehari-hari.

"Jika hal negatif akan mengancam diri sendiri kita harus edukasi diri sendiri dalam menggunakan media sosial, menjaga etika dalam dunia maya apa yang kita sampaikan karena jejak digital tidak bisa dihapus. Tingkatkan literasi dan bersikap di dunia maya. Gunakan gadget untuk hal positif dan tidak menyalahgunakan dengan berkata yang tidak pantas. Tumbuhkan rasa tanggung jawab menjaga nama baik diri sendiri," paparnya.

Baca Juga: Literasi Digital di SMPN 9 Muaro Jambi: Lawan Hoaks di Media Sosial

Pertanyaan ketiga dari Azizah Azz'ahra mengajukan pertanyaan Gadget tidak ada batasannya dalam dunia digital, sudah banyak pengguna media sosial melakukan bullying terhadap pengguna lainnya, lalu bagaimana cara kita dalam menyikapi hal tersebut?

Narasumber Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM menanggapi bahwa pemberi pemahaman bahwa hal tersebut dilarang dalam moral, etika, dan budaya. Bully atau perundungan itu sangat memberi dampak merugikan bagi korban salah satunya bisa membuat korban depresi.

Hal yang dapat dilakukan sebagai korban adalah jika bullying tersebut tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan, korban dapat membuat laporan ke pihak wewenang. "Kita harus bijak dalam penggunaan digital, melakukan pengguna yang lain dengan baik dan sopan." 

Azizah Azz'ahra juga memberikan pertanyaan berbeda ke narasumber Pahna Traya, S.Pd. Menurutnya, saat kondisi Covid 19 pembelajaran dialihkan ke daring yaitu melalui Google classroom, saat guru melakukan penugasan melalui classroom saat guru beri waktu pengirimannya saat hari itu juga, tetapi ada siswa yang belum mengirimkan tugas, dia menganggap remeh tugas tersebut.

Lantas bagaimana sikap semestinya terhadap anak tersebut agar tidak mengulangi kesalahannya lagi?

Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SMPN 7 Prabumulih Bahas Tantangan Hoaks 

Narasumber Pahna Traya, S.Pd menanggapi bahwa sebagai pendidik perlu mencari latar belakang siswa mengapa tidak mengerjakan tugas, apakah ada kendala ataupun tidak. Guru perlu berkolaborasi dengan orang tua agar bisa mencari tahu alasan anak tersebut. Selain itu, guru harus cerdas dalam mendekati siswa dan memberi solusi kepada anak. Karena ada beberapa anak yang tidak mudah untuk menceritakan masalahnya.

Sesi tanya jawab selesai. Setelah itu, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta. Pukul 12.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Aceh merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024. Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat

Diakses melalui website: literasidigital.id (https://literasidigital.id/) dan akun media sosial Instagram: @literasidigitalkominfo (https://www.instagram.com/literasidigitalkominfo/),  Facebook Page: Literasi Digital Kominfo/@literasidigitalkominfo (https://www.facebook.com/literasidigitalkominfo),
Youtube: @literasidigitalkominfo (https://www.youtube.com/@literasidigitalkominfo).

Editor


Komentar
Banner
Banner