bakabar.com, MAGELANG - Pensil boneka kayu karya Kriya Kayu Rik Rok terkenal karena unik, khas dan layak jadi souvenir atau oleh-oleh khas Borobudur.
Kerajinan berbahan dasar limbah ramah lingkungan yang diproduksi Kriya Kayu Rik Rok adalah kerajinan lokal asli Borobudur. Kerajinan kayu ini telah merambah pasar yang luas, bahkan sampai ke Spanyol, Italia dan Prancis.
Di dalam negeri, Kriya Kayu Rik Rok menjalin kerja sama dengan perajin dan pengusaha lainnya, seperti Dagadu Yogya, Joger di Bali dan Hotel Amanjiwo Borobudur. Produk Rik Rok dijual secara eksklusif di tempat-tempat tersebut.
"Kami kerja sama dengan perajin, ada yang batik tulis ada yang nitip (jual di galeri Rik Rok). Kalau nggak, kita beli langsung (batiknya)," kata Purwanto, Senin (14/8).
Founder sekaligus pemilik Kriya Kayu Rik Rok, Purwanto, yang akrab disapa Ipung, menuturkan, produk besutannya tersebut berdiri sejak 1998.
Baca Juga: Mencicip Mangut Beong, Kuliner Khas Magelang Dekat Candi Borobudur
Dua Sejarah berdirinya Rik Rok
Ipung mengungkapkan terdapat dua versi sejarah asal-usul berdirinya Kriya Kayu Rik Rok yang berlokasi di Wanurejo, Borobudur ini, yaitu versi marketing dan versi historis kearifan lokal.
Versi kearifan lokal yaitu pada saat ia memiliki pesanan dari Spanyol berupa gangsing dengan bahan baku berupa kayu berbentuk segitiga dari Spanyol bertuliskan Rik Rok.
Sedangkan versi marketing, yaitu pada saat ia mengikuti pameran Inacraft di Jakarta. Ia mendapat masukan dari wartawan media nasional yang mengatakan filosofi Rik Rok lebih menarik jika diambil dari suara jangkrik, atau suara alam.
Akhirnya ia memutuskan produknya menggunakan merek Rik Rok dan langsung didaftarkan ke Dirjen HAKI.
Produk rintisan dari Kriya Kayu Rik Rok yang menjadi primadona berupa pensil gaul, yaitu pensil seperti boneka kayu yang kepalanya berasal dari biji nyamplung, lalu dihiasi pakaian adat nusantara dan konvensional.
"Kenapa kita pakai nyamplung, tatkala itu kepalanya (kalau) pakai kayu kostnya lebih tinggi," tuturnya.
Trik market yang dilakukan oleh Ipung adalah menghadirkan pensil unik dengan harga yang murah.
Dalam penjualanya, ia memberi harga yang berbeda antara pembeli lokal dan turis mancanegara.
Baca Juga: Menyusuri Wanurejo, Desa di Borobudur yang Usianya 2 Abad Lebih
Ia membanderol harga Rp2.500-Rp3.000 untuk pembeli lokal. Namun untuk turis mancanegara, ia menjualnya seharga setengah dollar.
"Karena jika terlalu murah, orang luar akan menganggapnya barang murahan, sehingga saya naikan harga sedikit untuk turis mancanegara," kata ayah satu anak ini.
Selain pensil unik, Kriya Kayu Rik Rok juga memproduksi pensil kayu. Perbedaannya dengan pensil gaul ada pada model hiasannya.
"Pensil kayu itu hiasan produknya berupa biota laut dan kontemporer. Kontemporer itu tidak produk binatang saja tapi misalnya bentuk baju, kaos, stupa gitu tapi dengan kayu varian," tuturnya.
Bukan hanya itu, Ipung mengatakan, warna kayu yang dihasilkannya juga alami sehingga punya daya tarik estetik.
"Kalau kuning kayu nangka, kalau hitam kayu sonokeling, kalau putih kayu damar, jadi warnanya natural warna kayu," ujar Ipung.
Karena banyaknya model atau motif hiasan pada pensil gaul maupun pensil kayu, membuat daya tarik tersendiri bagi pembeli.
Terdapat kurang lebih 125 model produk pensil gaul dan 100 model hiasan pensil kayu.
Penggunaan bahan baku kayu sangat bervariasi, tidak hanya digunakan sebagai pembuat hiasan pensil saja.
Hiasan pada pensil kayu dapat di-breakdown menjadi beberapa hiasan atau kerajinan lain seperti gantungan kunci, bandul kalung, magnet kulkas, dan lebih tipis lagi dapat dijadikan sebagai pembatas buku atau penyobek amplop (pisau surat).
Selain menjual produk, Kriya Kayu Rik Rok juga melayani wisata edukasi anak TK hingga SMA. Terdapat berbagai macam pilihan dengan budget yang berbeda pula, yaitu pembuatan pensil gaul, batik, topeng, sapu tangan ataupun gantungan kunci.
Ipung yang memiliki hobi bersosialisasi ini menuturkan, dalam produksinya, kerajinan Kriya Kayu Rik Rok selalu mengikuti trend.
Apabila sudah kuno, barang tersebut tidak akan diproduksi lagi. Seperti mobil kayu yang sekarang sudah tidak diproduksi lagi karena sudah banyak yang membuat di daerah lain.
"Kalau mobil-mobilan kami udah nggak bikin karena yang namanya kerajinan ada trendnya. Kalau dimana saja ada (produknya) gitu kan, modelnya sudah nggak eksklusif lagi, itu akhirnya bosan harus cari inovasi yang lain," pungkasnya.