Tempat Bersejarah

Menyusuri Wanurejo, Desa di Borobudur yang Usianya 2 Abad Lebih

Wanurejo berasal dari bahasa Sansekerta, yakni vanua yang artinya desa, dan reja yang berarti makmur.

Featured-Image
Desa Wanurejo berusia 224 tahun. (Foto: apahabar.com/Arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Barisan pemuda-pemudi yang mengendarai sepeda jengki nampak beriringan kian kemari.

"kring-kring-kring" sesekali mereka membunyikan bel, menyusuri sawah-sawah dengan berlatar pemandangan Gunung Merapi dan Sindoro.

Pemandangan dan suasana tersebut akan terasa saat menyusuri Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Letak geografisnya yang berada 600 meter di sebelah timur Candi Borobudur sekaligus di tengah Kawasan Perbukitan Menoreh membuat desa ini memiliki potensi yang beranekaragam, mulai dari wisata sejarah hingga religi.

Tak hanya wisatawan lokal, para turis mancanegarapun kerap dibuat kagum dengan pemandangan dan daya tarik Desa Wanurejo.

Baca Juga: Mengenang Letkol Soedjono, Pahlawan yang Tertembak di Lereng Merbabu

Ditelisik menurut sejarahnya, Wanurejo berasal dari bahasa Sansekerta, yakni vanua yang artinya desa, dan reja yang berarti makmur.

Menurut penelusuran bakabar.com, Minggu (21/5), istilah vanurejo disebut pertama kali dalam prasasti Canggal (723 M) sebagai salah satu desa yang makmur pada masa Kerajaan Mataram Hindu. Kemudian, kata Vanurejo kembali muncul dalam prasasti Karang Tengah berangka tahun 812 M.

Menurut pegiat sejarah Merapi Merbabu, Rendra Agusta (30), walaupun tertulis dalam prasasti peninggalan dinasti Mataram Kuno, sejarah Desa Wanurejo baru dimulai sejak Bendoro Pangeran Harjo (BPH) Tejokusumo mendapatkan perintah dari Sultan Hamengkubuwana II.

Baca Juga: Jelajah Waktu dan Peristiwa di Balik Palagan Ambarawa

"Tejokusumo kala itu diminta untuk membawahi sebuah tanah perdikan (tanah wilayah) bernama Wonorejo," kata Rendra saat ditemui bakabar.com di Magelang, Minggu (21/5).

Sebagai informasi, BPH Tejokusumo merupakan putra Sultan Hamengkubuwana II dari garwo ampean bernama Dewi Rantamsari. Tejokusumolah yang kemudian dinobatkan sebagai adipati pada tahun 1799 dan membawahi daerah Kadipaten Wonorejo.

"Batas wilayah Kadipaten Wonorejo dulunya sebelah barat berbatasan dengan Desa Kajoran, Purworejo, sebelah timur berbatasan dengan Salam, dan sebelah utara berbatasan dengan Mertoyudan," tuturnya.

HALAMAN
123
Editor


Komentar
Banner
Banner