Wanurejo-Diponegoro
Selain sejarah di masa Sultan HB II, Rendra mengatakan, Desa Wanurejo juga tak lepas dari kisah perlawanan heroik Pangeran Diponegoro melawan pemerintahan kolonial Belanda.
"Berdasarkan tahun berdirinya dan beberapa petilasan, seperti bedug dan Masjid, di Wanurejo Pangeran Diponegoro pernah memimpin perjuangan di lereng bukit Menoreh," tuturnya.
Pangeran Diponegoro bersama Eyang Wanu Tejokusumo yang menyamar dengan nama Wanurejo dan membangun barisan perlawanan untuk mengusir Belanda.
Baca Juga: Tugu ANIEM, Saksi Bisu Masuknya Listrik Pertama Kali di Magelang
"Masyarakat Wanurejo percaya bahwa sebuah bedug bernama Genderang Perang Pangeran Diponegoro yang disimpan di Masjid Tiban Baitul Rahman, Tingal Kulon, merupakan bukti nyata perjuangan Eyang Wanu Tejokusumo, pendiri Kadipaten Wonorejo," tuturnya.
Lebih lanjut, Rendra menceritakan, enam tahun berselang setelah Perang Jawa usai, pada tahun 1836, Tejo Kusumo wafat. Lantaran Tejo Kusumo tidak memiliki keturunan, maka ditunjuklah Patih Cikro Pawiro sebagai pengganti.
"Pada masa pemerintahan putra Cikro Prawiro, status administratif Kadipaten yang disandang Wonorejo berubah menjadi kelurahan hingga saat ini," pungkasnya.