bakabar.com, JAKARTA- Konflik China-Taiwan dan juga di Eropa mempengaruhi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada industri padat karya di Indonesia.
"Sektor padat karya sangat tergantung 100 persen dari buyer luar negeri, karena tidak ada buyer ya selesai, tidak ada mereka (buyer), tidak jalan," kata Wakil Ketua Umum KADIN, Sarman Simanjorang dikutip dari Antaranews.com, Selasa.
Menurut Sarman, ketegangan yang terjadi antara China dan Taiwan serta negara-negara Eropa yang tengah menghadapi krisis akibat perang Rusia-Ukraina memberi dampak bagi Indonesia.
Sarman menjelaskan baik China dan Taiwan merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Baca Juga: Pegiat Industri Kreatif Sebut Perubahan Jam Kerja Belum Mampu Tuntaskan Masalah Jakarta
Jika keduanya bersitegang, hal itu tentu akan mengganggu ekspor dan impor Indonesia.
Ketegangan yang terjadi di Eropa akibat perang Rusia-Ukraina juga menggangu hubungan dagang dan ekonomi Indonesia.
Sarman menjelaskan alasan kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia bagus tapi faktanya banyak PHK.
"Karena sektor padat karya kita tidak dapat order dari negara-negara Eropa, karena mereka masih krisis," ujar Sarman.
Baca Juga: SMK sebagai Lulusan Siap Kerja, Memiliki Tingkat Pengangguran Tinggi
Sarman pun berharap ketegangan geopolitik di antara negara-negara dunia bisa mengendur dan tidak terus berlanjut.
Sarman meminta doa bersama agar ketegangan China-Taiwan dan perang Rusia-Ukraina berhenti.
"Dan 2023 juga mudah-mudahan stabilitas politik kita tidak gaduh sehingga tidak mengurangi niat investor masuk ke Indonesia," ucap Sarman.
Sebelumnya Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja.
Baca Juga: Akbar Himawan: Kolaborasi Pengusaha Tangkis Resesi
Menurut Bahlil, kondisi makin tidak baik setelah datangnya pandemi COVID-19 hingga pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina.
Indonesia sendiri, menurutnya sudah mendapat pukulan awal sejak adanya perang dagang antara China dan Amerika Serikat.
Ia menjelaskan kondisi geopolitik yang tidak menentu memperparah kondisi ekonomi global.
"Yang harus kita khawatir sekarang adalah ketegangan geopolitik antara China dan Taiwan," tutur Bahlil.
Bahlil juga menyebut kondisi yang ada di global menimbulkan ketidakpastian dan kecemasan yang akhirnya membuat banyak ramalan soal gelapnya ekonomi.