Seorang rekan Nuri berkata bahwa suaminya tengah tidur. “Habis minum obat.”
Berselang itu, Dewi menerima telepon dari dari Jakarta jika Nuri koma. RS meminta izin memasang alat di tubuhnya.
Malam itu juga Dewi berangkat dari Tanah Bumbu ke Banjarbaru untuk mengejar penerbangan.
Pagi harinya, ia sampai di Jakarta.
Tiba di RS Kramat Jati, sang suami masih tergolek lemah di ruang ICU.
“Baru saja melewati masa koma,” ujarnya.
Setelah hasil swab negatif Covid-19, Nuri kemudian dipindah ruangan.
Pelan-pelan Dewi menjalin komunikasi kembali dengan suaminya.
Sekali lagi, Nuri mencoba menguatkan Dewi.
“Jangan nangis, kamu wanita kuat,” Dewi menirukan perkataan Nuri.
Lima hari dalam perawatan, Nuri sempat membaik. Sampai hari keenam ia menitip sebuah pesan ke Dewi.
“Mama kuat titip anak-anak, titip keluarga di Batulicin titip mbah ibu mama pasti bila lalui semua.”
Benar saja firasat Dewi. Pada 12 November, selepas Isya terdengar nama suaminya dari pengeras suara ruang ICU saat ia baru saja menunaikan salat di ruang bawah.
“Saya sudah ikhlas alm menyusul almarhumah istrinya ke surga,” lirih Dewi.
Sebelum itu, Dewi sempat membacakan surah yasin dan berharap suaminya kembali sehat.
Namun nasib berkata lain. Bripka Nuri berpulang setelah mengalami gagal ginjal dan cuci darah.
Kehidupan Dewi lantas berbalik 180 derajat. Dewi yang kini seorang diri, menghidupi delapan anaknya dengan menyambi sebagai “driver woman“.
Ia menolak menyerah. Pekerjaan sebagai sopir travel dilakoninya hingga ke Kalsel, Kaltim dan Kalteng.
“Saya tidak pernah mengeluhkan masalah keuangan, walau saya cuma sopir travel, insya Allah halal buat ke-8 anak saya,” ujarnya.
Dewi tak bisa banyak berharap selain dari gaji terusan alm Bripka Nuri.
Pernikahan mereka belum terdaftar resmi di kedinasan.
Alm Nuri tak sempat mendaftarkan pernikahannya ke satuan lantaran keburu BKO ke Jakarta.
“Saya memang istri siri dari alm dan kami memang akan pengajuan nikah setelah alm pulang BKO,” ujarnya.
“Soal [uang] pensiun saya belum tahu pasti, tapi ada Asabri tunjangan pendidikan anak dan setiap bulan,” ujarnya.
Prosesnya saat ini baru pemberkasan. Dewi tengah menunggu surat keputusan (SK) pensiun Bripka Nuri dari Polda Kalsel.
Klaim adanya anggota Brimob yang memberikan gaji terusan dan ditolak oleh Dewi dibantah olehnya. Sebenarnya, Dewi sudah lama ingin menutup persoalan ini.
“Karena saya pikir yang penting keluarga dan anak-anak saya percaya sama saya,” ujarnya.
Ia mengaku tidak pernah sekalipun bertemu dan berbicara dengan perwakilan Satbrimobda Kalsel setelah suaminya meninggal.
[VIRAL] Cerita Mendiang Brimob Kalsel Pengasuh 8 Anak: Keburu BKO, Uang Pensiun Tak Dapat
Selepas kepergian suaminya, bantuan mengalir dari kapolri, kapolda, hingga kasat brimob dan sejumlah rekan alm Bripka Nuri.
Tapi, Dewi mengaku tak pernah menyentuhnya sedikitpun. Semuanya kembali untuk anak-anak.
Kini gaji terusan peninggalan Bripka Nuri akan habis bulan depan. Praktis, Dewi hanya akan bertahan hidup melalui bisnis travelnya.
“Alhamdulillah almarhum tidak meninggalkan utang, malah meninggalkan mobil yang bisa saya pakai untuk mencari nafkah,” ujarnya.
Di akhir wawancara, Dewi sekali lagi memastikan bahwa dirinya bukan bermaksud mengeluhkan kegetiran hidupnya saat ini.
Sesulit apapun nanti, Dewi akan terus bertanggung jawab menghidupi delapan anak, dan keluarganya.
Termasuk mewujudkan mimpi alm Bripka Nuri untuk menjadikan putra sulungnya sebagai seorang perwira polisi.
“Nanti kalau kakak [anak pertama] sudah jadi orang kan bisa bantu ketujuh adiknya,” pungkas Dewi.
Dewi berpesan bagi istri yang mengalami kisah serupa dengannya untuk ikhlas, dan tabah dalam menjalani hidup.
Dilengkapi oleh Amrullah