bakabar.com, BANJARMASIN – Dewi Indri Prasiwi (37) kini sendirian menghidupi delapan anaknya. Bripka Nuri Susanto gugur dalam misi pengamanan ibu kota negara.
Sebelum bertemu Nuri, Dewi kerap mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dari suami terdahulunya, ia bahkan trauma dinikahi polisi. Pertemuannya dengan Bripka Nuri menjadi babak baru dalam hidupnya.
Kini, kegetiran hidup Dewi begitu mencuri perhatian khalayak luas.
Enam hari setelah diunggah, video berjudul “Proses hidupku semoga aku lebih dewasa” di TikTok @shauantravel telah diputar lebih dari puluhan ribu kali tayangan, 2.816 like dan 375 komentar.
Video Dewi tak hanya mengundang perhatian publik jagat maya. Sejumlah rekan hingga komandan Bripka Nuri semasa hidup salut akan kegigihan wanita asal Tanah Bumbu ini.
Lantas, bagaimana cara Dewi sebagai ibu delapan anak untuk bertahan hidup? bakabar.com berhasil mewawancarai Dewi pada Sabtu (16/10) siang.
Mula-mula Dewi bercerita alasannya mengunggah cerita hidup di TikTok. “Saya sedang rindu dengan almarhum,” tuturnya.
Dewi sama sekali tak bermaksud menjual kisah sedihnya itu.“Saya sendiri enggak tahu kenapa itu bisa rame banget,” sambung Dewi.
@shuantravel proses hidup ku semoga aku lebih dewasa ð¤²ð#driver_muda_punyacerita#fypã·ãviral#pasanganabdinegara#CanYouFlipWithUs#alfatihah#fypã·ãviral#fypã·
⬠original sound – âVj Thom Fransâ – âVj Thom Fransâ
Setelah video itu viral, Dewi mengaku telah dihubungi sejumlah media nasional guna dimintai klarifikasi.
“Saya gak takut seandainya nanti ada yang memanggil saya soal cerita ini, selama saya benar,” sambungnya lagi.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Bripka Nuri berpulang saat BKO [bawah kendali operasi] pengamanan ibu kota negara pada 12 November.
Setahun belakangan Dewi bertahan hidup dengan gaji terusan sepeninggal Bripka Nuri.
Gaji senilai Rp5,3 juta dipakai Dewi tak hanya untuk empat anak alm Nuri. Melainkan juga untuk ragam kebutuhan hidup keluarganya.
Dewi sudah memiliki empat anak dari suami terdahulu.
Rp800 ribu tiap bulannya ia kirim untuk mertua yang ada di Jawa dan orang tua alm di Kalsel.
Kemudian, Rp200 ribu per pekannya uang saku anak alm Nuri. Pengeluaran itu di luar pengeluaran bulanan Rp500 ribu si anak.
Pun, pengeluaran untuk 3 anak lainnya. Belum lagi keperluan membeli susu anak Dewi yang masih balita.
“Anak-anak belum lagi sekolah, ya harus cukup,” ujarnya.
Jika hanya mengandalkan gaji terusan sulit bagi Dewi. Apalagi suami terdahulunya tak lagi menghidupi empat anaknya.
“Saya ini mantan istri polisi, 13 tahun jadi bhayangkari,” ujar Dewi.
Dengan suami terdahulunya, Dewi memilih bercerai karena lelah mencari keadilan.
Mantan suaminya dulunya, kata Dewi, kerap main tangan dan suka selingkuh.
“Sampai saat ini pun tidak bertanggung jawab dengan anaknya,” ujar Dewi.
Dewi mantap bercerai di awal 2019. Dari sini Dewi trauma menikah dengan polisi.
“Yang menghilangkan trauma saya adalah alm, kami bertemu pertengahan tahun lalu,” ujarnya.
“Dari alm saya tahu bahwa enggak semua abdi negara itu sama.”
Dewi lantas menikah dengan Bripka Nuri yang baru ditinggal meninggal istri pertamanya, 18 Juni 2019.
Istri pertama Nuri meninggal usai melahirkan anak laki-lakinya yang diberi nama Naouvail Shuan Rafif. Nantinya, nama tengah dari anak ini dijadikan nama usaha travel milik Dewi.
Setelah 100 hari kepergian istri pertama, Nuri dan Dewi akhirnya menikah.
“Kalau lama-lama nanti jadi fitnah.”
Bripka Nuri selalu bilang ke Dewi jika ia tak sekadar mencari pasangan.
Alm selalu bilang ia mencari ibu buat anak anaknya. “Kalau istri itu bonus saja,” ujarnya.
Setahun menikah, Oktober 2020 Nuri diberangkatkan ke DKI Jakarta. Untuk BKO di Polda Metro Jaya. Tiga pekan ia di sana.
Tiba-tiba berembus kabar Nuri jatuh sakit. Penyakit gula darahnya kambuh.
Meski begitu, mereka masih bisa menjalin komunikasi. “Lewat chat dan video call,” jelasnya.
Di situ, Nuri terus menguatkan Dewi.
“Dulu saja kamu bisa, sekarang harus bisa,” Dewi menirukan perkataan Nuri.
Pagi itu, 6 November, komunikasi masih terjalin. Sore harinya, Dewi tak lagi dapat menghubungi suaminya itu.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Seorang rekan Nuri berkata bahwa suaminya tengah tidur. “Habis minum obat.”
Berselang itu, Dewi menerima telepon dari dari Jakarta jika Nuri koma. RS meminta izin memasang alat di tubuhnya.
Malam itu juga Dewi berangkat dari Tanah Bumbu ke Banjarbaru untuk mengejar penerbangan.
Pagi harinya, ia sampai di Jakarta.
Tiba di RS Kramat Jati, sang suami masih tergolek lemah di ruang ICU.
“Baru saja melewati masa koma,” ujarnya.
Setelah hasil swab negatif Covid-19, Nuri kemudian dipindah ruangan.
Pelan-pelan Dewi menjalin komunikasi kembali dengan suaminya.
Sekali lagi, Nuri mencoba menguatkan Dewi.
“Jangan nangis, kamu wanita kuat,” Dewi menirukan perkataan Nuri.
Lima hari dalam perawatan, Nuri sempat membaik. Sampai hari keenam ia menitip sebuah pesan ke Dewi.
“Mama kuat titip anak-anak, titip keluarga di Batulicin titip mbah ibu mama pasti bila lalui semua.”
Benar saja firasat Dewi. Pada 12 November, selepas Isya terdengar nama suaminya dari pengeras suara ruang ICU saat ia baru saja menunaikan salat di ruang bawah.
“Saya sudah ikhlas alm menyusul almarhumah istrinya ke surga,” lirih Dewi.
Sebelum itu, Dewi sempat membacakan surah yasin dan berharap suaminya kembali sehat.
Namun nasib berkata lain. Bripka Nuri berpulang setelah mengalami gagal ginjal dan cuci darah.
Kehidupan Dewi lantas berbalik 180 derajat. Dewi yang kini seorang diri, menghidupi delapan anaknya dengan menyambi sebagai “driver woman“.
Ia menolak menyerah. Pekerjaan sebagai sopir travel dilakoninya hingga ke Kalsel, Kaltim dan Kalteng.
“Saya tidak pernah mengeluhkan masalah keuangan, walau saya cuma sopir travel, insya Allah halal buat ke-8 anak saya,” ujarnya.
Dewi tak bisa banyak berharap selain dari gaji terusan alm Bripka Nuri.
Pernikahan mereka belum terdaftar resmi di kedinasan.
Alm Nuri tak sempat mendaftarkan pernikahannya ke satuan lantaran keburu BKO ke Jakarta.
“Saya memang istri siri dari alm dan kami memang akan pengajuan nikah setelah alm pulang BKO,” ujarnya.
“Soal [uang] pensiun saya belum tahu pasti, tapi ada Asabri tunjangan pendidikan anak dan setiap bulan,” ujarnya.
Prosesnya saat ini baru pemberkasan. Dewi tengah menunggu surat keputusan (SK) pensiun Bripka Nuri dari Polda Kalsel.
Klaim adanya anggota Brimob yang memberikan gaji terusan dan ditolak oleh Dewi dibantah olehnya. Sebenarnya, Dewi sudah lama ingin menutup persoalan ini.
“Karena saya pikir yang penting keluarga dan anak-anak saya percaya sama saya,” ujarnya.
Ia mengaku tidak pernah sekalipun bertemu dan berbicara dengan perwakilan Satbrimobda Kalsel setelah suaminya meninggal.
[VIRAL] Cerita Mendiang Brimob Kalsel Pengasuh 8 Anak: Keburu BKO, Uang Pensiun Tak Dapat
Selepas kepergian suaminya, bantuan mengalir dari kapolri, kapolda, hingga kasat brimob dan sejumlah rekan alm Bripka Nuri.
Tapi, Dewi mengaku tak pernah menyentuhnya sedikitpun. Semuanya kembali untuk anak-anak.
Kini gaji terusan peninggalan Bripka Nuri akan habis bulan depan. Praktis, Dewi hanya akan bertahan hidup melalui bisnis travelnya.
“Alhamdulillah almarhum tidak meninggalkan utang, malah meninggalkan mobil yang bisa saya pakai untuk mencari nafkah,” ujarnya.
Di akhir wawancara, Dewi sekali lagi memastikan bahwa dirinya bukan bermaksud mengeluhkan kegetiran hidupnya saat ini.
Sesulit apapun nanti, Dewi akan terus bertanggung jawab menghidupi delapan anak, dan keluarganya.
Termasuk mewujudkan mimpi alm Bripka Nuri untuk menjadikan putra sulungnya sebagai seorang perwira polisi.
“Nanti kalau kakak [anak pertama] sudah jadi orang kan bisa bantu ketujuh adiknya,” pungkas Dewi.
Dewi berpesan bagi istri yang mengalami kisah serupa dengannya untuk ikhlas, dan tabah dalam menjalani hidup.
Dilengkapi oleh Amrullah