Info Sejarah

Kisah Daud Beureueh, Abdi untuk Bangsa Berakhir Jadi Pemberontak

Meski jarang terdengar tapi, nama Daud Beureueh dikenal tidak hanya sebagai pejuang kemerdekaan dan juga pemberontak.

Featured-Image
Sosok pahlawan nasional dan juga pemberontak di era Ir. Soekarno, Daud Beureueh. Foto: Good News From Indonesia

bakabar.com, JAKARTA - Meski jarang terdengar dan terasa asing, nama Daud Beureueh dikenal tidak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, namun juga pemberontak.

SesuI namanya, iia lahir di Beureu’eh, Kabupaten Pidie, Aceh dengan nama lengkap Teungku Muhammad Daud Beureueh.

Semasa penjajahan kolonial, ia merupakan pendiri dari persatuan Persatuan Ulama Seluruh Aceh atau PUSA.

Organisasi itu didirikan untuk melawan kependudukan bangsa kolonial di daerah Aceh.

Baca Juga: Sejarah Tambang Nikel Indonesia Berawal dari Kerajinan Keris

Tidak hanya itu, Daud Beureueh juga dipercaya menyatukan laskar-laskar perang Aceh untuk melawan Belanda.

Laskar perang tersebut disatukannya dan berkembang menjadi Tentara Rakyat Indonesia atau TRI.

Meski begitu, dalam catatan sejarah Daud Beureueh dikenal tidak pernah menempuh pendidikan formal.

Tapi, ia mengecap pendidikan pada beberapa pesantren di daerah Sigli.

Baca Juga: Kisah Kakek Munir Pedagang Rujak di Cianjur, Rela Berjalan Kaki 10 Km

Wakil Presiden kala itu, Mohammad Hatta, menilai sukses dalam menjaga wilayah Aceh dan Daud Beureueh diangkat sebagai gubernur militer dengan pangkat jenderal mayor tituler.

Namun Daud Beureueh juga dinilai penuh kontroversi oleh sejumlah kalangan.

Salah satu kalangan yang menentang kepemimpinan beliau adalah para ulama.

Kalangan ulama Aceh menuding bahwa PUSA yang merupakan organisasi milik Daud Beureueh merupakan boneka kolonial.

Baca Juga: Kisah Youyou Tu, Temukan Obat Malaria yang Terinspirasi dari Bahan Tradisional Cina

Hal itu terlihat dari senjata milik Jepang yang digunakan oleh PUSA selama masa penjajahan. Namun PUSA membantah bahwa senjata itu milik Jepang.

Menuruk pengakuan PUSA senjata tersebut merupakan hasil jarahan rakyat setelah berhasil menduduki beberapa pos milik tentara Jepang.

Konflik di daerah Aceh semakin diperparah ketika Daud Beureueh menjabat sebagai Gubernur Militer Aceh, sejak 21 September sampai dengan 9 Mei 1962.

Ia memanfaatkan jabatan itu untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Ir. Soekarno. Pemberontakan dilakukan karena ia tidak puas dengan kinerja presiden.

Baca Juga: Rempang, Pulau Penuh Sejarah Berabad Lamanya

Ia kemudian membentuk Negara Islam Indonesia (NII) sebagai wadah untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia.

Tidak hanya itu, Daud Beureueh juga menginginkan sebuah negara Islam untuk seluruh Indonesia, dan bukan cuma untuk Aceh yang merdeka.

Ia juga meyakinkan, bahwa kemerdekaan beragama akan dijamin di negara semacam itu, dengan menekankan toleransi besar bagi penganut nonmuslim.

Baca Juga: Perjalanan Thomas Raffles dalam Catatan Sejarah Kolonial di Nusantara

Mereka akan diberi kebebasan dan dilindungi dalam negara Islam Indonesia dan menurutnya umat Islam tidak dapat merasakan kemerdekaan sejati jika tidak hidup dalam sebuah negara yang didasarkan atas ajaran-ajaran Al-Quran.

Hingga pada masa orde baru, pemberontakan Daud Beureueh dilumpuhkan oleh Presiden Soeharto.

Daud Beureueh meninggal pada 1987 dalam usia 91 tahun dengan kondisi buta. Dalam pemakamannya tidak ada penghormatan seperti prosesi pemakaman orang berjasa di Aceh.

Editor
Komentar
Banner
Banner