bakabar.com, JAKARTA - Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyebutkan beberapa indikator ekonomi Indonesia menunjukkan prospek yang baik dan memperlihatkan ekonomi domestik masih solid.
"Kinerja ekonomi domestik kita masih solid. Pemerintah optimistis ekonomi Indonesia tumbuh lima koma tiga persen,” kata Moeldoko saat menyampaikan wisdom speech pada acara Indonesia Best 50 CEO Awards, yang digelar oleh media The Iconomics di Auditorium LPP RRI Jakarta, Kamis (6/4).
Sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis, Moeldoko menyampaikan pada Februari 2023, Purchasing Manajer Index (PMI) masih terjaga di zona ekspansif sebesar 51,2 dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga menguat di posisi 122,4. Begitu juga dengan penjualan ritel yang tumbuh 2,60 persen (year on year).
Dia mengatakan capaian positif kinerja ekonomi domestik Indonesia tidak terlepas dari kepiawaian Presiden Joko Widodo sebagai pemimpin yang berani mengambil keputusan berisiko, namun tetap memiliki kehati-hatian yang tinggi, sehingga keberlangsungan dan ketahanan negara tetap terjaga.
Baca Juga: Penyusunan RKP 2024, Menkeu: Harus Pertimbangkan Ketidakpastian Ekonomi
“Kepiawaian Presiden Jokowi mengantarkan kita melewati pandemi dan menjadi negara yang ekonominya terus tumbuh di tengah ancaman resesi global dan tekanan inflasi dunia,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Panglima TNI 2013-2015 ini juga mengingatkan soal fenomena penyusutan globalisasi (diminishing globalisation) dan digitalisasi melesat (rising digitalization).
Menurutnya, kedua paradigma tersebut, berpengaruh pada perkembangan perekonomian nasional ke depan di mana telah terjadi disrupsi, pergeseran pasar, perubahan perilaku konsumen, dan persaingan bisnis yang semakin ketat.
Baca Juga: Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2024 Capai 5,7 Persen
Selain itu, sambung Moeldoko, terjadi percepatan transformasi digital di seluruh Indonesia. Pemerintah memperkirakan ekonomi digital Indonesia berpotensi tumbuh hingga delapan kali lipat di tahun 2030, dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun.
“Ke depan pemimpin harus menguasai digital leadership. Sebuah studi menyebutkan, perusahaan dengan digital leadership mampu mencapai kinerja keuangan lebih baik, keterlibatan karyawan lebih dalam, dan budaya inklusifitasnya beragam,” pungkas Moeldoko.