RKP 2024

Penyusunan RKP 2024, Menkeu: Harus Pertimbangkan Ketidakpastian Ekonomi

Menkeu Sri Mulyani mengatakan adanya ketidakpastian ekonomi membuat pemerintah memperhitungkan berbagai faktor dalam merencanakan RKP.

Featured-Image
Tangkapan virtual Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023 Jakarta, Kamis (6/4/2023). Foto: bANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengakui adanya ketidakpastian ekonomi, membuat pemerintah harus memperhitungkan berbagai faktor dalam merencanakan apa yang perlu dilakukan pada tahun ini dan tahun depan.

“Bahkan, tahun 2023 sebagai baseline kita buat perencanaan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP) untuk tahun 2024. Jadi, kalau tahun ini saja kita harus memperhatikan ketidakpastian tadi, pada saat yang sama kita harus merencanakan tahun 2024,” ungkapnya dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023 yang dipantau secara virtual, Jakarta, Kamis (6/4).

Menurut lembaga-lembaga internasional, kondisi ekonomi 2024 secara global lebih baik sedikit, tetapi ada kemungkinan proyeksi ekonomi terus direvisi. Biasanya, lembaga-lembaga internasional melakukan revisi prediksi pertumbuhan ekonomi empat kali dalam setahun.

Misalnya, dalam memprediksi kondisi ekonomi 2023, proyeksi dilakukan pada Oktober 2022, Januari 2023, April 2023 atau digeser ke pertengahan tahun, serta pada antara September-Oktober 2023.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, BI: Tetap Tangguh di 2023

“Kalau revisinya berulang-ulang, berarti kalibrasinya menunjukkan bahwa banyak faktor yang tadinya tidak tercapture di dalam modelling proyeksi mereka, namun at least hingga hari ini disebutkan oleh banyak sekali prediksi, tahun depan akan relatif lebih baik,” kata Menkeu.

Adanya fenomena geopolitik seperti perang Ukraina dan Rusia disebut berhasil menjomplangkan berbagai proyeksi ekonomi. Situasi itu dikatakan menjadi tantangan pemerintah untuk menyusun rencana kerja tahun 2024.

“Kalau Ukraina membuat harga komoditas semakin melonjak sangat tinggi, harga minyak yang harusnya turun melonjak sangat tinggi, harga coal yang seharusnya pada saat bicara climate change akan melakukan retirement of coal, malah melonjak luar biasa tinggi," ujar Sri Mulyani.

Baca Juga: Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2024 Capai 5,7 Persen

Dia menambahkan, "Saya yakin itu tidak ter-capture oleh modelling apapun yang dilakukan baik oleh Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) maupun di Kementerian Keuangan."

Karena itu, jika melihat hanya dari sisi keuangan dan ekonomi, barangkali kalibrasi model yang dibuat relatif lebih sederhana dan predictable. “(Kalau) anda bikin bikin model dengan seluruh data historis untuk membuat proyeksi, tiba-tiba proyeksi anda ditekuk (akibat keputusan geopolitik),” ungkap dia.

Editor


Komentar
Banner
Banner