Transisi Energi

Kembangkan Panel Surya, Fabby Tumiwa: Perkuat Industri PLTS Nasional

Direktur IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan beberapa peluang ekonomi baru yang bisa dikembangkan dalam memenuhi target Perjanjian Paris.

Featured-Image
Pendiri Indonesia Solar Energy (ISEA) Fabby Tumiwa, mendorong kementerian ESDM dalam rapat mendatangnya untuk memperkuat sektor manufaktur panel surya di Indonesia (apahabar.com/tangkapan layar: Ayyubi)

bakabar.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengungkapkan beberapa peluang ekonomi baru yang bisa dikembangkan dalam memenuhi target Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global 1,5 derajat dan memerangi krisis iklim.

Sementara itu, menyaksikan upaya dekarbonisasi di tingkat global, Fabby meminta Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian untuk bisa mengadopsi teknologi Panel Surya. Dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki, Indonesia seharusnya mampu memproduksi panel surya untuk mendukung program dekarbonisasi.

"Fenomena dekarbonisasi akan membuat teknologi menjadi mainstream, dan Indonesia harus mampu mengadopsinya" jelasnya dalam pembukaan Indonesia Solar Summit 2023 di Jakarta, Rabu (26/7).

Menurut Fabby, industri panel surya di Indonesia masih belum terbangun dengan baik. Karena itu, Fabby melalui Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) terus mendorong permintaan panel surya yang lebih agresif dalam membuka peluang pasar sekaligus memperkuat industri dalam negeri. 

Baca Juga: Industri Panel Surya, Kemenperin: Domestik Perlu Tingkatkan Spesifikasi

Dengan begitu, Indonesia tidak lagi bergantung pada impor, baik modul surya, inverter, dan sebagainya.

"Indosolar Expo 2023 bertujuan memperkuat industri PLTS nasional. Kolaborasi antar pemerintah, stakeholder dan AESI seperti dalam Indosolar Expo ini dibutuhkan dalam memperkuat industri PLTS nasional," ujar Fabby yang juga Direktur Eksekutif Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI).

Selain itu, terkait upaya dekarbonisasi, Fabby menilai, Indonesia banyak tertinggal dari negara-negara tetangga. Padahal, Indonesia mampu untuk mengembangkan industri panel surya, didasarkan karena Indonesia berada di kawasan yang strategis.

"Kawasan kita itu berada di iklim tropis, garis khatulistiwa. Ini potensi besar untuk mengembangkan manufaktur energi surya" jelas Fabby.

Baca Juga: Industri Panel Surya, ESDM: Indonesia Bangun Proyek Terintegrasi

ASEAN Solar Summit 2023 merupakan acara ajang diskusi pemimpin, pakar, dan pemangku kepentingan dari seluruh dunia untuk mempromosikan energi surya sebagai pendorong utama dalam transisi energi di kawasan. Acara ini digagas oleh Kementerian ESDM berkolaborasi dengan Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) dan Institute for Essential Services Reform (IESR).

Acara itu bertujuan untuk meningkatkan dan mempercepat transisi energi di negara-negara anggota ASEAN dengan energi surya, memupuk kemitraan aktif yang berfokus pada energi surya di kawasan dan secara global, mendorong investasi energi bersih, dan memamerkan cerita sukses pengembangan energi surya untuk pertukaran pengetahuan.

Pertemuan monumental itu dihadiri oleh perwakilan negara ASEAN dan negara mitra, pemerintah, pelaku bisnis, lembaga pembiayaan, dan organisasi non pemerintah, yang membahas aspek-aspek penting dari penyebaran energi surya, termasuk kerangka kerja kebijakan, inovasi teknologi, dan strategi investasi berkelanjutan. 

Karena itu, Fabby berharap di gelaran Indonesia Solar Summit 2023 merupakan wujud komitmen kementerian ESDM dalam pengembangan energi surya (PLTS) di tanah air.

Baca Juga: Industri Panel Surya, Fabby Tumiwa: ESDM Harus Berperan Aktif

"Di saat PLTS tidak tumbuh sesuai harapan, pertemuan ini (Indonesia Solar Summit 2023) bisa menjadi komitmen ESDM untuk pengembangan PLTS," katanya.

Meski telah menjadi bagian penting dari perencanaan ketenagalistrikan Indonesia dan peta jalan net-zero emission Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat, penggunaan energi surya fotovoltaik di Indonesia (PLTS), ungkap Fabby masih perlu digenjot dengan upaya yang lebih keras.

Pada 2022, Indonesia baru mencatatkan instalasi total PLTS 270 MW. Momentum kepresidenan Indonesia pada G20 2022 dan ASEAN pada 2023 harus menjadi titik penting konsolidasi upaya percepatan pengembangan energi surya di Indonesia.

Editor
Komentar
Banner
Banner