Industri Panel Surya

Industri Panel Surya, Fabby Tumiwa: ESDM Harus Berperan Aktif

Pendiri Indonesia Solar Energy Fabby Tumiwa mendorong Kementerian ESDM untuk memperkuat sektor manufaktur panel surya di Indonesia.

Featured-Image
Pendiri Indonesia Solar Energy (ISEA) Fabby Tumiwa, mendorong kementerian ESDM dalam rapat mendatangnya untuk memperkuat sektor manufaktur panel surya di Indonesia (apahabar.com/tangkapan layar: Ayyubi)

bakabar.com, JAKARTA -  Pendiri Indonesia Solar Energy (ISEA) Fabby Tumiwa mendorong Kementerian ESDMuntuk memperkuat sektor manufaktur panel surya di Indonesia. Hal itu penting untuk mewujudkan net zero emission (NZE) pada 2050 atau lebih cepat.

Selain demi NZE, kehadiran manufaktur panel surya dirasa perlu seiring dengan permintaan listrik dari sumber energi surya di Indonesia yang cukup besar. Selain itu, kehadiran manufaktur tersebut turut membuka peluang kerja dan investasi.

"Saya request di rapat kementrian mendatang, ESDM bisa membahas secara mendalam kemungkinan untuk mendirikin manufaktur panel surya," Jelas Fabby Tumiwa dalam pidato pembukaan Indosolar Expo, Selasa (25/7).

Menurut Fabby, sudah saatnya Indonesia masuk ke dalam jajaran rantai pasok produsen panel surya di dunia, mengingat besarnya potensi sumber daya yang dimiliki.

Baca Juga: Industri Panel Surya, Bahlil: Perusahaan AS Investasi 500 Juta Dolar

"Kementerian perlu memiliki inisiatif sebagai rantai pasokan," ujar Fabby yang juga Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR).

Hal itu, jelas Fabby, karena Indonesia merupakan salah satu wilayah di ASEAN yang memungkinkan untuk melampaui wilayah lain dalam pertumbuhan kapasitas energi surya di masa depan.

"Dari sekitar 25 gigawatt pada tahun 2021 menjadi proyeksi 107 sampai 142 gigawatt pada tahun 2030," paparnya.

Hanya saja, angka pertumbuhan tersebut, ungkap Fabby, belum cukup untuk membatasi pemanasan global agar tidak melebihi 1,5 derajat celsius, sesuai dengan Perjanjian Paris.

Baca Juga: Ekspor Listrik ke Singapura, IESR: Menarik Investasi di Panel Surya

Sebagai informasi, agar kompatibel dengan menahan laju agar kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat celsius, panel surya yang dibangun harus mencapai setidaknya 241 gigawatt pada tahun 2030. Adapun total kapasitas pemasangan solar mecapai 210 - 240 gigawatt pada tahun 2050. 

Dengan kawasan ASEAN yang strategis, pendiri ISEA itu optimistis dapat membangun kerja sama yang kuat dalam mengembangkan kemampuan manufaktur panel surya serta bergabung dengan investasi rantai pasok.

"Yang pasti kawasan ini (ASEAN) punya cukup ruang di darat, atap gedung, papan air, untuk mengelola energi surya" jelasnya.

Selama ini, fakta menunjukkan belum banyak insentif untuk mencapai transisi energi yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah. Dengan kondisi itu, pengembangan energi terbarukan sifatnya hanya skala kecil atau skala masyarakat.

Sementara itu, pengembangan energi surya membutuhkan anggaran yang tidak sedikit dan banyak pihak menyebutnya tidak ekonomis, tetapi hal itu diperlukan untuk mempercepat transisi energi. 

Editor


Komentar
Banner
Banner