bakabar.com, BANJARMASIN - Sebanyak 206 kasus gagal ginjal akut atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) tiba-tiba ditemukan pada anak di Indonesia.
Ditemukannya kasus gagal ginjal akut atipikal dengan jumlah yang meningkat signifikan dalam waktu singkat ini membuat pemerintah resah.
Pemerintah menduga faktor terjadinya gagal ginjal akut atipikal disebabkan pemberian obat jenis cair atau sirop.
Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kemenkes RI mengeluarkan imbauan agar penggunaan obat cair dihentikan sementara waktu.
Instruksi itu tertuang dalam surat edaran bernomor SR.01.05/III/3461/2022 pada Selasa (18/10).
Surat edaran itu menginstruksikan kepada fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dan apotek untuk sementara waktu tidak meresepkan obat dalam bentuk sirop sampai dilakukan pengumuman resmi.
Terlepas itu, bagaimana mengenali gejala gagal ginjal akut pada anak?
Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalimantan Selatan (Kalsel), dr Priyanti Kisworini, anak yang mengalami gagal ginjal akut atipikal ini biasanya sehat-sehat saja, tidak memiliki riwayat penyakit ginjal kronis, tapi tiba-tiba mendadak sakit.
Adapun gejala yang biasa mengikuti pada anak yang mengalami gagal ginjal akut atipikal adalah demam yang tak kunjung turun selama beberapa hari, muntah, diare, batuk & pilek.
"Yang paling khas adalah berkurangnya produksi urine. Bahkan sampai tidak ada sama sekali produksi urine," bebernya, Kamis (20/10) malam.
Lantas benarkah kasus gagal ginjal akut atipikal ini disebabkan oleh penggunaan sirop?
Priyanti menjawab, memang ada dugaan ke arah sana. Namun, soal penyebab tunggalnya belum bisa dipastikan. Masih diinvestigasi.
"Memang ini berbarengan dengan kejadian di Gambia. Di sana, ada sekitar 60-70 anak terdiagnosa gagal ginjal akut atipikal yang ditengarai akibat toksisitas pelarut obat-obatan yang terkandung pada obat flu & batuk. Disebut etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG)," jelasnya.
"Namun obat-obatan di Gambia itu ada empat jenis yang diproduksi di India. Tapi dipastikan tidak beredar di Indonesia," lanjutnya.
Kendati demikian, kata Priyanti, demi melakukan antisipasi, pemerintah kemudian menarik beberapa obat-obatan sirop untuk sementara.
"Karena diwaspadai ada toksisitas pada obat-obatan sirop," ujarnya.
"Namun apakah obat sirop penyebab utama terjadinya gagal ginjal akut atipikal di Indonesia? belum tentu, sebab saat ini pemerintah masih meneliti hal tersebut," sambungnya.
Selain obat-obatan sirop, kata Priyanti, ada juga dugaan lain yang disinyalir menjadi penyebab munculnya kasus ginjal akut atipikal pada ratusan anak di Indonesia. Yakni, kondisi Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MISC) atau peradangan pada berbagai organ tubuh akibat pernah terinfeksi Covid-19.
"Diduga anak yang mengalami gagal ginjal akut atipikal ini akibat pernah mengalami Covid-19 di waktu sebelumnya, sehingga mengalami peradangan pada ginjal," tuturnya.
Kemudian dugaan lainnya adalah infeksi virus tertentu, misalnya virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, dan leptospira.
Namun sekali lagi, Priyanti menekankan jika penyebab utama terjadinya kasus gagal ginjal akut atipikal ini masih diselidiki.
Apakah di Kalsel sudah ditemukan kasus gagal ginjal akut atipikal?
Priyanti mengatakan, sempat ada dua anak berasal dari Hulu Sungai Utara dan Tanah Laut dicurigai mengalami gagal ginjal akut atipikal, tapi dari hasil pemeriksaan lebih lanjut rupanya bukan.
"Sehingga sampai sejauh ini memang belum ditemukan. Tapi kewaspadaan tetap kita jaga," sebutnya.
"Namun tidak menutup kemungkinan di waktu-waktu sebelumnya ada. Karena sebelumnya kita tidak memiliki kewaspadaan," imbuhnya.
Priyanti lantas mengimbau kepada orang tua jika sang buah hati mengalami gejala demam, muntah, diare, batuk & pilek, disertai berkurangnya produksi urine, agar segera membawanya ke rumah sakit terdekat.
"Untuk pemberian obat-obatan sirop untuk sementara jangan dulu. Dan pemberian obat harus berkonsultasi dengan dokter," tandasnya.
BPOM Tarik 5 Jenis Obat Sirop
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menarik 5 obat sirop yang beredar di pasaran. 5 obat tersebut disebut mengandung senyawa etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebihi ambang batas.
Hal itu teridentifikasi setelah BPOM melakukan pengujian terhadap dugaan cemaran EG dan DEG dalam sirop obat. Pengujian dilakukan menyusul merebaknya kasus gagal ginjal akut.
Sampling dan pengujian dilakukan terhadap 39 bets dari 26 sirop obat sampai dengan 19 Oktober 2022.
Adapun acuan yang digunakan dalam pengujian itu adalah Farmakope Indonesia dan/atau acuan lain yang sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sebagai standar baku nasional untuk jaminan mutu semua obat yang beredar.
Sesuai Farmakope dan standar baku nasional yang diakui, ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari.
Mengutip CNN Indonesia, berikut daftar obat sirop yang ditarik dari pasar:
1. Termorex Sirup (obat demam)Diproduksi PT Konimex dengan nomor izin edar DBL7813003537A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
2. Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu)Diproduksi PT Yarindo Farmatama dengan nomor izin edar DTL0332708637A1, kemasan dus, botol plastik @ 60 ml.
3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu)Diproduksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DTL7226303037A1, kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml.
4. Unibebi Demam Sirup (obat demam)Diproduksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL8726301237A1, kemasan Dus, Botol @ 60 ml.
5. Unibebi Demam Drops (obat demam)*, Diproduksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL1926303336A1, kemasan Dus, Botol @ 15 ml.