bakabar.com, JAKARTA – Lahir pada 14 Juni 1965, Sarman Simanjorang meniti langkahnya menyusuri etape perjuangan. Berangkat dari keteguhannya sebagai anak petani di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, ia pun sukses mengukir dan meraih harapan.
Dalam sebuah wawancara bersama Berita Satu, Sarman mengaku tidak pernah bermimpi menjadi pengusaha. Setamat SMP pada 1981, ia lantas memutuskan untuk merantau ke Jakarta.
Kala itu, tekad yang dimilikinya hanya bermodalkan dua hal: doa dan nasihat dari sang Ibunda. Di mana ibunya berpesan: kalau merantau maka kamu harus lebih baik dari saya.
Semasa di ibu kota, Sarman yang menumoang di rumah saudaranya itu pun menamatkan bangku SMA, dan terbilang aktif berorganisasi serta mengikuti beragam kursus demi meninjang kapasitasnya.
Namun untung belum bertandang, Sarman pun harus berhadapan dengan kerasnya mencari pekerjaan di Jakarta. Ia bahkan sempat melamar sebagai PNS di berbagai departemen dan Pemda DKI, hasilnya gagal.
Begitu juga di perusahaan swasta. Saya pernah melamar ke sebuah bank, ikut seleksi hingga delapan tahap, bahkan sudah diwawancarai direksi, tetapi ternyata tidak diterima.
Sejak itulah Sarman bertekad tidak akan lagi mencari pekerjaan, tapi menciptakan pekerjaan. Ia lantas mengubah mimpi besarnya: menjadi seorang pengusaha.
Dari Sales hingga Menjadi Pengusaha
Merawat mimpi menjadi bekal ketekunan, Sarman Simanjorang memulai karier dari seorang sales asuransi, dan sales adveteristing atau periklanan.
Kemudian pada 1991, lelaki berdarah Batak ini pun mencari peruntungan dengan berbisnis di bidang kontraktor.
Melalui jaringan yang luas dan pergaulan di antara pengusaha, Sarman mulai berkiprah di organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Laksana anak tangga, perjalanan karier yang ditempuh Sarman Simanjorang terus menanjak. Mulai dari anggota biasa, Wakil Ketua Departemen, Ketua Departemen, sampai dengan puncaknya adalah Ketua I Bidang Organisasi DPP HIPMI saat Ketua Umum dijabat oleh Sandiaga Uno.
Lebih lanjut, Sarman terus melebarkan sayapnya. Di bawah otoritas Gubernur Anies Baswedan dan wakilnya, Sandiaga Uno (Anies-Sandi), ia juga ikut terlibat mengembangkan perusahaan PT Delta Djakarta Tbk (DLTA).
Pemprov DKI Jakarta sendiri diketahui memiliki kepemilikan saham sebesar 26,25 persen pada salah satu perusahaan bir terbesar terbesar di Indonesia itu. Saat itu, Sarman dipercaya Pemprov DKI untuk menjabat sebagai Komisaris Utama DLTA.
Baca Juga: Tumpang Tindih Aturan, Sarman: Pengusaha Butuh Kepastian
Pada saat yang bersamaan, Sarman juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta untuk periode 2016-2021. Kepengurusan Sarman diresmikan di Balai Kota pada 15 Maret 2018 dan diresmikan oleh Wagub DKI Sandiaga Uno.
Dalam peresmiannya, Sandiaga meminta HIPPI untuk menjadi mitra dari Pemprov DKI, guna menjadi penggerak perekonomian Ibu Kota, melalui pembinaan dan pemberdayaan UKM di Jakarta.
Baca Juga: Sering Dengar Keluhan dari Pemda Soal Sampah, Kadin Dorong Penggunaan Teknologi
Setelah menjabat selama 3 tahun 4 bulan, Sarman resmi mengundurkan diri dari DLTA dan menjabat sebagai komisaris perusahaan BUMN, PT Pertamina Geothemal Energy (PGEO).
Hal itu ia lakukan karena terdapat aturan yang melarang adanya rangkap jabatan di antara BUMD dan BUMN. Sehingga Sarman memutuskan mengundurkan diri dan memjadi komisaris dari PGEO sampai dengan saat ini.
Selain itu, ia juga tercatat menjadi bagian dari KADIN dan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, serta Direktur Eksekutif APKASI.
Hari ini, genap di usianya yang ke-58 tahun, jejak langkah Sarman Simanjorang bisa menjadi inspirasi bagi siapa pun yang teguh memelihara impiannya dengan menjadi pribadi yang berdedikasi dan berorientasi pada kemajuan.